Selasa 03 Apr 2012 09:10 WIB

Mobil Terbang Transition Siap Diorder, Mau?

Terrafugia Transition saat melaju di jalanan
Foto: Terrafugia
Terrafugia Transition saat melaju di jalanan

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK - Ada mobil bisa terbang datang ke Pameran Otomotif Internasional New York pekan ini. Namanya Terrafugia Transition, pesawat dengan dua tempat duduk, dua sayap yang bisa dilipat, empat roda dan lampu tanda berbelok arah.

Selama beberapa tahun terakhir perusahaan berbasis di Massachusetts menyebut kreasi mereka sebagai 'roadable aircraft' dan kemudian akhir-akhir ini mereka menggantinya dengan "street legal airplane'. Namun penampakan pertama Transition dalam pameran otomotif itu lebih tepat bila disebut apa adanya: sebuah mobil terbang.

Teraffugia dan produk ciptaannya, Transition, sudah didengar beberapa tahun. Namun hingga kini perusahaan umumnya terjebak dengan komunitas aviasi. Akhirnya pendiri Terrafugia sekaligus sang CEO, Carl Dietrich  mengatakan sedang mencari calon konsumen yang memesan kendaraan senilai 279 ribu dolar AS. Mereka bilang sudah waktunya menengok selain dunia penerbangan.

"Kami menyadari bahwa pemesan utama sebenarnya adalah konsumen yang bukan pilot dan mereka mendepositokan uangnya untuk menginden Transition." ujarnya.

Pengembangan Transition kian bergerak maju. Bulan lalu, Terrafugia menyelesaikan uji penerbangan pertama prototipe produknya. Dietrich berharap tes terbang bisa dilanjutkan hingga akhir 2012 sebelum melepas produk ini dengan percaya diri kepada konsumen tahun berikutnya.

Mimpi mobil terbang sudah lama muncul dalam benak para produsen otomotif. Namun ada sedikit ganjalan soal hitungan, begitu pula Transition, meski produk ini dipandang sebagai percobaan paling serius untuk menghadirkan mobil yang bisa melayang.

Sebagai pesawat ia jelas bisa terbang, begitu pula mobil, ia bisa mengantar anda dari tempat A menuju B.  Tantangan terbesarnya ialah menemukan tempat yang bisa dijelajahi oleh Transition, kendaraan yang bukan pesawat sesungguhnya dan juga bukan mobil luar biasa. Terrafugia, ungkap Dietrich, menyasar segmen pasar terdiri dari orang-orang yang memerlukan berkendara jauh hingga ke pinggir kota atau membutuhkan terbang jarak pendek.

"Jika anda terbang hingga  seribu mil udara (1850 kilometeran), maka anda lebih menginginkan pesawat dengan kinerja lebih baik. Namun bila anda terbang sekitar seratus hingga 3 ratus mil (200 hingga 500 kilometer), maka kendaraan ini mungkin cukup ideal," paparnya.

Kemudian dengan kecepatan mencapai 170 kilometer per jam, Transition lebih cepat dari mobil. Namun ia lebih lambat ketimbang Light Sport Aircraft  (LSA) yang terbang dengan kecepatan 220 km/jam. Lalu dibanding dengan tipe LSA terbaru, Transition mengharuskan konsumen membayar lebih mahal hingga 100 ribu dolar.

Namun yang diyakini oleh Terrafugia ialah nilai lebih yang ditawarkan Transition. Mereka mengklaim produk tersebut dapat memberi kenyamanan dan keamanan ketika berkendara di cuaca buruk atau isu lain terkait keamanan penerbangan. Memang betul, tantangan terbesar dalam dunia penerbangan yang dihadapi pilot ialah mendaratkan pesawat dalam cuaca buruk.

Banyak pesawat kecil dapat terbang dalam cuaca tak bersahabat, namun butuh banyak latihan dan peralatan bagi pilot untuk keamanan. Sementara Terrafugia tak lepas dari fakta: kendaraan ringan ini tak perlu membuat anda menunggu jemputan atau menyewa mobil setelah mendarat. Cukup melipat sayap dan melanjutkan lewat perjalanan darat.

Tentu anda akan berkendara di atas 279 ribu dolar (Rp2,6 milyaran) namun dengan kemampuan tak setara SUV misal. Sebagian berpendapat ongkos mahal itu disebabkan sayap yang mampu dilipat.

Terlepas dari potensi kelemahan tadi, Terrafugia tetap mendapatkan konsumen yang meyakini bahwa mobil terbang masuk akal dan layak dibeli. Dietrich mengatakan sekitar dua pertiga dari pemesan menginginkan Transition sebagai alat transportasi praktis yang cocok dengan kebutuhan khusus mereka.

Beberapa contoh ialah seorang surveyor yang bisa bepergian cepat ke tempat-tempat kerja di penjuru negara bagian, juga pengembang real estate yang butuh melihat lokasi baru dan memberi layanan tur udara untuk konsumen. Sementara sepertiga lain melihat Transition sebagai kendaraan menyenangkan dan menyukai gagasan mobil terbang.

Bisa dibilang tantangan terbesar dalam pameran otomotif di New York ialah memutuskan apakah Transition seharga Rp 2,6 milyaran ialah pilihan terbaik ketimbang memiliki dua kendaraan sekaligus? Porsche Carrera senilai $100 ribu (Rp920 jutaan) dan pesawat kecil Flight Design CTLS $160 ribu (Rp1,5 milyaran), belum termasuk ongkos ekstra untuk mobil sewa bila hari itu anda menggunakan CTLS. Pasalnya setelah mendarat, anda mau naik apa? Tak mungkin jalan kaki bukan.

 

sumber : Wired
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement