REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Ford berimitra dengan lokal si Rusia, Ford Sollers mempertimbangkan meningkatkan volume ekspor. Peningkatan eskpor ini sebagai subtitusi atas perlambatan pasar otomotif domestik setempat yang diperkirakan akan berlangsung juga pada 2016.
Hal itu disampaikan Presiden sekaligus CEO Ford Sollers, kongsi Ford dengan mitra lokal, Mark Ovenden. Dilansir dari Reuters, pasar otomotif Rusia merupakan salah satu yang terdampak krisis ekonomi akibat anjloknya harga minyak serta sanksi ekonomi dari negara-negara Barat menyusul konflik Ukraina.
Ford gunakan aplikasi asisten Siri
Penjualan mobil di Rusia selama 10 bulan di tahun 2015 anjlok sebesar 30 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu lantaran menurunnya daya beli masyarakat dan serta kurang bergairahnya aktivitas bisnis.
Hal itu mendorong pabrikan otomotif lokal untuk mempertinbangkan opsi ekspor demi meminimalisir kerugian, sementara rival Ford, General Motors, lebih memilih hengkang dari Rusia.
"Ekspor merupakan sesuatu yang sedang kami kaji. Saya perkirakan volumenya bakal melampaui ribuan unit ... serta menilai apakah ada kesempatan ekspor yang lebih strategis buat kami," kata Ovenden.
Ford hentikan kerja sama dengan Takata
Selama ini Ford Sollers sudah mengekspor ke Kazakhstan, namun Ovenden menyatakan pihaknya juga membidik negara-negara kawasan Eropa Timur dan sekitarnya. Di Eropa Timur, Ford memiliki fasilitas produksi di Rumania, yang sayangnya tidak meliputi model-modem selengkap Rusia.
Ford ingin perbanyak line up SUV
Di Rusia, sepanjang Januari-Oktober 2015 Ford telah menjual sekitar 30.500 unit mobil atau terjun bebas 40 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, sementara mereka memiliki kapasitas produksi 350.000 unit per tahun.
Ovenden memperkirakan pasar mobil Rusia bakal berada di kisaran 1,5-1,6 juta unit, volume yang jauh di bawah capaian penjualan 2,5 juta unit pada 2014 serta total kapasitas produksi mobil di Rusia sebesar 3,5 juta unit.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
