Kamis 20 Jul 2017 21:42 WIB

Pakar Tiga Agama Jadi Narasumber Konferensi di Unisba

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Dwi Murdaningsih
Kerukunan umat beragama
Foto: Antara
Kerukunan umat beragama

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Universitas Islam Bandung (Unisba), menggelar Konferensi Internasional Asian Studies dengan tema Interfaith Communication, Harmony in Diversity di Aula Unisba, Kamis (20/7). Menurut Ketua Panitia Konferensi, Kiki Zakiah, seminar ini mengangkat tema soal perbedaan karena akhir-akhir ini masalah perbedaan kerap menjadi konflik di masyarakat.

"Padahal, sebetulnya kita bisa hidup harmonis dengan memperbesar persamaan," ujar Kiki kepada wartawan.

Menurut Kiki, kalau semua pihak lebih memperbesar mengenai persamaan maka semua bisa menyelesaikan masalah di dalam maupun diluar. Sehinggia, kerja sama di bidang budaya maupun ekonomi pun akan terbangun.

"Yang menarik, pembicara yang hadir di seminar ini bukan hanya dari agama islam tapi ada perguruan tinggi katolik dari Filipina dan perguruan tinggi budha dari Thailand," katanya.

Semua narasumber, kata dia, masing-masing akan memberikan persprektifnya tentang perbedaan di Asia. Hadir sebegai undangan dalam seminar ini pun, peserta dari Malaysia, Brunei Darussalam dan Saudi Arabia.

"Kunci menekan konflik perbedaan itu adalah bagaimana membuat komunikasi kepercayaan di antar perbedaan-perbedaan itu," katanya.

Menurut Rektor Unisba, Thaufiq S Boesoirie, salah satu upaya perguruan tinggi untuk memperkecil konflik perbedaan agama di Indonesia adalah dengan memberikan wawasan pada seluruh lulusan Unisba agar mengerti tentang islam secara khafah dan menyeluruh. Yakni, islam merupakan agama rahmatan lil alamin (bagi seluruh makhluk hidup)

"Jadi bergitu dia berada di tengah masyarakat, tingkah polah, atau apa yang dia kerjakan adalah membawa suatu amanah yaitu Islam sebagai rahmatan lil alamin," katanya.

Kedua, kata dia, Unisba sebagai perguruan tinggi juga melakukan kolaborasi kerja sama dengan perguruan tinggi keagaamaan yang berbeda di Bandung, seperti Universitas Parahyangan. Bahkan, ia pun kerap dimintai masukan oleh beberapa perguruan tinggi tersebut terkait pandangan masalah umat beragama yang tidak sejalan.

Ketiga, kata dia, dirinya juga sempat dimintai ITB untuk menjadi narasumber terkait pluralisme dari segi pandangan Islam. Rektor menyebut dalam pandangan Islam, seperti apa seorang muslim menghargai dan dapat berinteraksi dengan pemeluk agama lain. Unisba pun, mengajarkan konsep-konsep, tidak hanya sebatas membaca sebuah ayat Al quran tapi kemudian harus di terapkan dalam kehidupan. Makanya, Unisba mengadakan pesantren kilat.

"Di dalam pesantren itu kami menggali  apa yang telah mereka pelajari selama kuliah tujuh semester, yang mana dapat mereka aplikasikan, implementasikan dan manifestasi dalam kehidupan pada saat pesantren sebagai finishing di perguruan tinggi," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement