Jumat 14 Jul 2017 12:15 WIB

Mahasiswa Universitas Brawijaya Buat Jaket Antikantuk

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Dwi Murdaningsih
Mahasiswa Universitas Brawijaya membuat jaket antikantuk.
Foto: republika/wilda
Mahasiswa Universitas Brawijaya membuat jaket antikantuk.

REPUBLIKA.CO.ID, KOTA MALANG -- Kecelakaan masih menghantui siapapun di dunia ini, termasuk di Kota Malang, Indonesia. Terlebih lagi faktor mengantuk yang ternyata acap menjadi penyebab kecelakaan para pengendara bermotor selama ini.

Mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Brawijaya (UB), Annisa Rachmawati menerangkan, sebuah data dari Kepolisian menyebutkan angka kecelakaan di Indonesia terletak pada faktor risiko kelelalahan dan mengantuk. Data Mabes Polri pada 2014 mengungkapkan, 29,91 persen kecelakaan dikarenakan faktor itu. Dari situ, dia bersama empat kawannya mulai tertarik membuat alat anti kantuk untuk para pengendara motor yang bernama SIJAR.

“Smart Android Jacket for Safety Riding and Relaxation,” ujar dia,  Jumat (14/7).

Annisa menerangkan, alatnya ini terdiri dari kontroler, power bank, jaket, sensor dan terapi elekrtik. Timnya juga menyediakan aplikasi android yang tersimpan di gawai untuk mengatur kapan alat itu difungsikan.

Mengenai peletakan komponen tersebut, Annisa menjelaskan, power bank dan kontroler harus disimpan di dalam jaket yang anti air. Jenis jaket ini sangat dibutuhkan untuk mencegah air masuk dan merusak alat saat terkena air hujan di lapangan. Sementara untuk sensor diletakkan di bagian jari tangan untuk mendeteksi denyut nadi.

“Dan terapi elektriknya disimpan di tengkuk leher pengendara untuk memberikan efek getaran saat mengantuk,” tambah dia.

Menurut Annisa, sensor akan mendeteksi denyut nadi pengendara yang kurang dari 72 detak per menitnya. Jika tidak mencapai angka detak itu, pengendara berarti dalam keadaan lelah atau mengantuk. Saat sensor sudah berhasil membaca kondisi pengendara, alat ini akan memberikan sinyal pada terapi elektrik untuk memberikan getaran di tengkuk leher individu terkait.

“Alat ini sudah 80 persen jadi tinggal ditingkatkan lagi kinerjanya dan diperkenalkan ke masyarakat luas,” kata Annisa.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement