Kamis 13 Jul 2017 16:32 WIB

Mahasiswa Ini Berhasil Ciptakan EKG Portabel

Rep: Wilda fizriyani/ Red: Esthi Maharani
EKG Portabel
Foto: Wilda fizriyani / Republika
EKG Portabel

REPUBLIKA.CO.ID,  KOTA MALANG – Lima mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) telah berhasil menciptakan Elektrokardiogram (EKG) portable. Elektrokardiogram (EKG) merupakan sinyal fisiologis yang dihasilkan oleh aktivitas listrik jantung. Pada proses monitoring, sinyal EKG akan diukur dalam jangka waktu yang lama untuk memantau aktivitas jantung pasien.

Menurut Ketua Tim M Azril Muttaqin, inovasi ini ditemukan karena beberapa hal yang acap terjadi pada para pasien saat melakukan pemeriksaan. Pasien yang tengah berada dalam proses monitoring terkadang harus menjalani pemeriksaan lainnya. Situasi ini tentu saja menyulitkan mereka dan mengharuskannya untuk bergerak.

“Dalam kondisi ini pemantauan sinyal EKG pasien biasanya dihentikan karena perangkat EKG yang terpasang tidak dapat dibawa kemana-mana,” kata Azril.

Adapun komponen alat yang bernama CABLE ini dirakit terlebih dahulu lalu dirangkai pada sebuah boks. CABLE menggunakan baterei ion polimer 11.7V sehingga tahan lama dan sensor slectrode Ag/Agklik sebagai konverter sinyal ion menjadi sinyal listrik. Untuk teknik sighting menggunakan teori segitiga einthoven, amplifier sinyal AD8232, arduino nano dan modul nirkabel NRF24L01 dengan frekuensi 2.4GHz, SPI dengan host.

Azril juga memastikan, CABLE dapat dengan mudah diletakkan di sabuk pasien. Alat ini dapat mengirim sinyal dengan kuat dari EKG ke komputer melalui modul nirkabel NRF24L01 yang memungkinkan pasien bergerak bebas dan menjalani perawatan lain pada saat monitoring.

“Datanya tetap dapat dilihat melalui PC/laptop,” tambah mahasiswa Fakultas Teknik (FT) UB ini.

Mengenai penentuan penelitian ini, Azril mengungkapkan, semuanya bermula dari data penyakit kardiovaskular.Pada 2008 diperkirakan 17,3 juta kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskular. Lebih dari tiga juta kematian ini terjadi sebelum usia 60 tahun dan harus dicegah. Kematian “prematur” yang disebabkan oleh penyakit jantung terjapdi di kisaran empat persen di negara-negara berpenghasilan tinggi dan mencapai 42 persen di negara-negara berpenghasilan rendah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement