Selasa 11 Jul 2017 21:01 WIB

Asosiasi Pendidikan Tinggi Arsitektur Indonesia Gelar Munas

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yudha Manggala P Putra
Salah satu maket arsitektur Indonesia yang ditampilkan dalam Pameran Ekskursi Arsitektur UI di Museum Nasional Indonesia, Jakarta Pusat, Kamis (30/3).
Foto: Republika/Arif Satrio Nugroho
Salah satu maket arsitektur Indonesia yang ditampilkan dalam Pameran Ekskursi Arsitektur UI di Museum Nasional Indonesia, Jakarta Pusat, Kamis (30/3).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Asosiasi Pendidikan Tinggi Arsitektur Indonesia (Aptari) menggelar musyawarah nasional. Dalam munas itu Prof Yandi Andri Yatmo dari Universitas Indonesia (UI) terpilih memimpin Aptari periode 2017-2020.

Ditemui usai munas, Yandi mengaku akan terus memberi dorongan agar undang undang (UU) Arsitek benar-benar ada di Indonesia. Ia berpendapat, kehadiran UU Arsitek tidak hanya menjadi pelindung arsitek dan arsitektur Indonesia, tapi dapat membuat dunia pendidikan dan profesi bisa bergandengan tangan.

"Kami mendukung kehadiran undang-undang tersebut, dan kami sepakat mendorong sikap konstruktif terhadap adanya UU Arsitek di Indonesia," kata Yandi di Hotel Alana, Sleman, Selasa (11/7).

Aptari, lanjut Yandi, merupakan jembatan bagi lembaga-lembaga pendidikan tinggi aristek memberi, menerima dan mendengar saran dan masukan. Fungsi itu akan terus dijadikan prioritas, dalam rangka mengembangkan kualitas arsitek sekaligus lembaga pencetak arsitek di Indonesia.

Munas Aptari turut dihadiri Chairman Arcasia Committe for Architectur Educational Nuno Suarez, yang memberi paparan tentang pentingnya pengembangan sistem pengajaran di dunia arsitek. Dalam paparannya, ia mengangkat tema Pendidikan Arsitektur di Asia.

Ia menilai, salah satu aspek penting dalam lembaga pendidikan arsitektur, terutama di Asia, yaitu mengembangkan cara atau sistem pengajaran. Nuno merasa, sistem pengajaran tradisional itu cuma akan berhasil kalau pengajarnya merupakan guru yang benar-benar bagus dan sisw yang sangat komitmen. "Kalau satu unsur itu saja tidak terpenuhi, pengajaran tidak akan berhasil," ujar Nuno.

Untuk itu, ia menekankan akan sangat baik sistem pengajaran dapat terus dikembangkan menjadi lebih aktif, walau seseorang tentu tetap bisa menjadi arsitek walau gunakan metode lama. Tapi, Nuno mengingatkan, tidak akan ada lulusan aristek yang baik tanpa sistem pengajaran yang baik pula.

Munas Aptari turut dihadiri Arte Architect and Associate, Ketut Arthana, yang memaparkan soal Pendidikan Arsitektur dan Pengalaman Praktek Internasional. Selain itu, turut dilakukan penandatanganan Nota Kesepahaman antar BAN PT dengan IAI Aptari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement