REPUBLIKA.CO.ID,LAUSANNE -- Pengungsi kemungkinan besar bisa berkompetisi pada Olimpiade Tokyo 2020, setelah Komite Olimpiade Internasional (IOC) merencanakan akan memberlakukan kebijakan serupa seperti pada 2016 di Rio de Janeiro.
IOC tahun lalu untuk pertama kali memperkenalkan kontingen pengungsi pada Olimpiade Rio 2016, sebagai upaya untuk menggugah perhatian terhadap masalah tersebut. Kehadiran mereka juga memberi kesan yang bagus di Rio de Janeiro.
Sebanyak 10 atlet dari Suriah, Kongo, Ethiopa dan Sudan Selatan menjadi pusat perhatian ketika berbaris di urutan kedua terakhir sebelum tuan rumah Brazil pada acara pembukaan Olimpiade 2016. Kontingen pengungsi tampil pada cabang olah raga atletik, renang, dan judo.
"Kami sudah membahas mengenai kemungkinan besar ada kontingen pengungsi di Tokyo 2020. Kami ingin memperkuat upaya kita bersama Perserikatan Bangsa-Bangsa," kata juru bicara IOC Mark Adams, Ahad (9/7) waktu setempat.
Ia mengatakan, terlalu awal untuk berbicara soal jumlah atlet pengungsi yang bisa ikut seleksi. Pada Olimpiade Rio 2016, para atlet berasal dari berbagai tempat pengungsian di seluruh dunia. Pada 2016, di Eropa saja ada lebih dari satu juta pengungsi, sebagian besar dari kawasan Timur Tengah.
Jutaan pengungsi lainnya tersebar di seluruh dunia. Mereka umumnya mengungsi untuk menghindari perang atau konflik bersenjata di negara asalnya.