Senin 10 Jul 2017 12:58 WIB

Solacan, Lampu tanpa Listrik Inovasi Mahasiswa UGM

Aditya Ramdhona, Anggraini Puspitasari, Nesditira Sunu S dan Satrio Bayu Aji, empat orang mahasiswa UGM yang menemukan inovasi lampu tanpa listrik yang diberi nama Solacan
Foto: dok: TIM Solacan UGM
Aditya Ramdhona, Anggraini Puspitasari, Nesditira Sunu S dan Satrio Bayu Aji, empat orang mahasiswa UGM yang menemukan inovasi lampu tanpa listrik yang diberi nama Solacan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Empat mahasiswa Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta berhasil mengembangkan lampu tanpa listrik, dengan memanfaatkan kaleng bekas dan cahaya matahari sebagai sumber cahaya.

Inovasi ini berangkat dari sampah kaleng yang jumlahnya sangat melimpah di Indonesia. Sehingga dengan inovasi ini, dapat mengurangi dampak negatif dari sampah kaleng.

Selain itu juga melihat banyaknya penggunaan lampu di banyak ruangan pada siang hari. Padahal, sinar matahari diluar jumlahnya tak terbatas. Hal ini yang kemudian mendorong empat mahasiswa ini mengembangkan lampu tanpa listrik yang mereka beri nama Solacan atau Solar in a Can.

Atas inovasinya, mereka berhasil mendapatkan kucuran dana dari pemerintah Indonesia untuk mengembangkan inovasinya melalui program Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) tahun 2017.   

“Dengan melihat permasalahan di sekitar kami seperti melimpahnya sampah kaleng dan masyarakat yang masih menggunakan lampu pada siang hari sehingga kami memanfaatkan kaleng bekas yang banyak kami temui untuk memberikan cahaya alami pada ruangan,” ungkap Aditya Ramdhona, Ketua Tim PKM Solacan dalam keterangan tertulis, Senin (10/7).

Adit tidak sendirian, bersama ketiga temannya, Anggraini Puspitasari, Nesditira Sunu S dan Satrio Bayu Aji, mengembangkan inovasi lampu tanpa listrik tersebut.

Sunu menjelaskan bahwa Lampu tanpa listrik ini mempunyai banyak kelebihan. Salah satunya dapat mengurangi penggunaan energi listrik sebagai pencahayaan dan menggantinya dengan pencahyaan alami. Pencahayaan alami melalui Solacan juga dapat menimbulkan efek fisiologis yang positif untuk kesehatan manusia.  

“Selain dapat mengurangi pencemaran lingkungan baik akibat emisi dan sampah, alat kami juga dapat diproduksi secara massal oleh masyarakat khususnya para pemulung. Dengan inovasi ini, pemulung tidak lagi menjual kaleng bekas dengan harga yang sangat rendah, tetapi dengan harga yang sangat tinggi. Karena ini teknologi, sehingga dengan pengembagan alat ini juga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat kelas bawah dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya menghemat energi dan menjaga lingkungan” lanjut Sunu.

Mereka berharap Solacan ini dapat dimanfaatkan seluas luasnya untuk kepentingan masyarakat Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement