Selasa 06 Jun 2017 10:07 WIB

Rektor: UGM Batasi Gerakan Radikal di Dalam Kampus

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Nur Aini
Kampus UGM Yogyakarta/Ilustrasi
Foto: Republika
Kampus UGM Yogyakarta/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,  SLEMAN -- Rektor UGM Panut Mulyono secara tegas menjelaskan bahwa pihaknya akan membatasi gerakan radikal di dalam kampus. Pasalnya keberadaan gerakan tersebut bertentangan dengan pancasila dan akan membahayakan generasi penerus bangsa ke depannya.

Hal tersebut ia sampaikan berkaitan dengan adanya rektor salah satu perguruan tinggi yang diduga berafiliasi pada satu jaringan radikal. "Hal tersebut kan sangat berbahaya, karena bisa pengaruhi mahasiswa-mahasiswa baru," kata Panut, Senin (5/6).

Saat ini, UGM telah melakukan berbagai tindakan strategis untuk mencegahnya penyebaran paham radikal. Di antaranya, ospek ditangani oleh universitas dengan melibatkan dosen, mahasiswa, dan tenaga pendidik.

UGM juga melakukan penataan penyelenggaraan kuliah agama Islam. Di mana sebelumnya, mata kuliah tersebut didampingi oleh asisten agama Islam. Namun dalam perjalanannya keberadaan asisten dianggap kurang efektif. "Ke depannya asisten ini akan kita arahkan agar bisa sejalan dengan mata kuliah agama dan tidak menyampaikan bibit-bibit radikalisme," ujar Panut.

Selain itu, UGM tengah melakukan pembenahan dan pengelolaan Masjid Kampus (Maskam). UGM akan membentuk takmir masjid. Hal ini dilakukan untuk menjamin keamanan kegiatan keagamaan di Maskam UGM. "Kami (UGM) berkomitmen untuk mengawal pelaksanaan Pancasila dan tidak bertentangan dengan agama kita. Mari kita isi kemerdekaan ini dengan UU 45, berbeda tapi tetap satu," kata Panut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement