Rabu 31 May 2017 06:30 WIB

Kuota Penerima Beasiswa Fullbright-Ristekdikti Naik

Rep: Kabul Astuti/ Red: Ratna Puspita
Petugas membantu warga terkait informasi beasiswa luar negeri di Euro Management, Jakarta. (Ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Petugas membantu warga terkait informasi beasiswa luar negeri di Euro Management, Jakarta. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kuota penerima program beasiswa fullbright-ristekdikti naik menjadi 50 orang mulai tahun akademik 2017. Beasiswa yang digagas Direktorat Jenderal Sumber Daya Iptek Dikti (SDID) Kemenristekdikti dan American Indonesia Exchange Foundation (Aminef) itu diperuntukkan bagi para dosen. 

Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek Dikti Kemristekdikti Ali Ghufron Mukti mengatakan biasanya hanya sekitar 20 dosen yang mendapat bantuan dana Fulbright-Ristekdikti. "Mulai dari tahun akademik 2017 ada kuota sampai dengan 50 orang per tahun untuk menjalani program-program doktor," kata Ghufron, di Gedung D Kemenristekdikti, Selasa (30/5).

Ghufron menambahkan, kriteria seleksi program Fulbright-DIKTI bagi para dosen Indonesia disesuaikan dengan kriteria Fulbright bagi mahasiswa PhD dan visiting research scholars. Adapun, program beasiswa ini diberikan untuk masa studi selama maksimum tiga tahun dengan kemungkinan perpanjangan sampai dengan empat tahun. 

Beasiswa ini ditujukan kepada para dosen, baik PNS maupun non-PNS, yang bekerja di universitas-universitas Indonesia dan memenuhi syarat. Ghufron menambahkan, para doktor juga harus produktif menghasilkan jurnal atau publikasi internasional bereputasi. 

Persyaratan yang juga penting, yaitu para dosen wajib kembali ke institusinya setelah menyelesaikan studi di Amerika Serikat. "Untuk mengajar, dan melanjutkan penelitian-penelitian serta melakukan pengabdian kepada masyarakat,” kata Ghufron.

Selasa (30/5) kemarin, Dirjen SDID Kemristekdikti bersama Aminef sepakat untuk memperpanjang program beasiswa Fulbright-DIKTI bagi para dosen Indonesia di universitas Amerika Serikat sampai dengan 2021.

Dalam nota kesepahaman yang baru ini, pemerintah akan menanggung biaya perkuliahan program beasiswa khusus untuk dosen ini. AMINEF bertanggung jawab dalam hal pengelolaan, biaya pengarahan, dan biaya orientasi. 

Biaya yang dibayarkan oleh Kemristekdikiti meliputi uang kuliah, tiket pesawat pulang-pergi (termasuk biaya perjalanan domestik dari kota asal penerima bantuan dana), tunjangan hidup, tunjangan buku, dan asuransi kesehatan. 

Kemristekdikti mengeluarkan anggaran sekitar Rp 1 miliar-1,5 miliar per orang untuk studi S3 dan Rp 0,5 miliar untuk S2 per orang. Total dana yang disiapkan untuk seluruh penerima beasiswa mencapai Rp 54 miliar.

Dengan kesepakatan baru ini, pemerintah berharap semakin banyak dosen Indonesia yang belajar atau melakukan riset di AS. Beasiswa Fulbright-Ristekdikti juga memfasilitasi sarjana-sarjana senior atau peneliti post-doctoral yang akan melakukan riset selama empat sampai enam bulan di universitas di Amerika mulai 2017.

Ghufron menyatakan program beasiswa ini bertujuan meningkatkan kualitas dan kapasitas dosen di perguruan tinggi tanah air. Selain itu, meningkatkan jumlah dosen yang bergelar doktor. 

Saat ini, Indonesia masih kekurangan setidaknya 15 ribu doktor. "Prodi yang dituju diharapkan masih tentang bidang-bidang prioritas 7+1, tapi tidak menutup kemungkinan humaniora dan sosial politik," ujar Ghufron. 

Bidang prioritas 7+1 yang dimaksud, yakni ketahanan pangan, kesehatan dan obat-obatan, material maju, teknologi transportasi, pertahanan keamanan, energi terbarukan, teknologi komunikasi, serta maritim.

Program kerja sama antara AMINEF dan Kemenristekdikti ini sudah berjalan sejak tahun 2009. Selama delapan tahun ini, tercatat ada 180 penerima beasiswa Fulbright DIKTI, terdiri dari 120 penerima program S3, 24 penerima program S2, 2 penerima bantuan dana riset untuk program doktoral, dan 34 peneliti yang melakukan riset pasca-doktoral.

Direktur Eksekutif Yayasan AMINEF Alan H Feinstein berharap bantuan dana ini dapat meningkatkan mutu dosen dan peneliti di Indonesia. "Kami senang sekali bisa meneruskan kerja sama dengan Kemenristekdikti. Ini kesempatan bagus untuk dosen-dosen di universitas di Indonesia," kata Alan.

Atase Kebudayaan Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Karen Schinnerer, mendukung kemitraan pemerintah dua negara ini lewat pertukaran pendidikan. "Sekarang kira-kira ada 9000 mahasiswa yang belajar di univetsitas di Amerika Serikat. Dan ini bertambah dibandingkan tahun lalu. Grafiknya meningkat," kata Karen.

Pendaftaran beasiswa Fulbright DIKTI untuk 2017 telah ditutup pada Februari 2017. Untuk periode 2018, pendaftaran akan dibuka pada November-Desember 2017. 

Kemenristekdikti menyiapkan beberapa program beasiswa lain, seperti PMDSU, BUDI Dalam Negeri/Luar Negeri, beasiswa Newton Dikti, dan beasiswa afirmasi untuk dosen PTNB yang dapat diakses mulai pekan depan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement