Selasa 02 May 2017 08:34 WIB

Fotar IIUM Gelar Seminar “The Legacy of Muhammad Natsir”

Forum Tarbiyah (Fotar) mengadakan seminar dengan mengangkat tema “The legacy of Muhammad Natsir” di salah satu ruang perkuliahan kampus International Islamic University Malaysia (IIUM)
Foto: dok: Fotar
Forum Tarbiyah (Fotar) mengadakan seminar dengan mengangkat tema “The legacy of Muhammad Natsir” di salah satu ruang perkuliahan kampus International Islamic University Malaysia (IIUM)

REPUBLIKA.CO.ID, MALAYSIA -- Pada Jumat pagi (28/4) silam, Forum Tarbiyah (Fotar) mengadakan seminar dengan mengangkat tema “The legacy of Muhammad Natsir” di salah satu ruang perkuliahan kampus International Islamic University Malaysia (IIUM).

Sebagai nara sumber pada seminar tersebut adalah Associate Profesor Sohirin yang merupakan salah satu pengajar di IIUM dan Dr Lili Yulyadi yang merupakan salah satu dosen di kampus University Malaya (UM). Seminar dipandu oleh Fajri Matahati Muhammadin mahasiswa S3 IIUM jurusan Hukum.

Menurut Kieren Akbar selaku ketua FOTAR IIUM, seminar bertujuan meningkatkan mahasiswa kepada nilai keteladanan dan kontribusi untuk Indonesia dan internasional secara luas yang diinspirasi oleh tokoh Muhammad Natsir.

Jumlah peserta yang hadir dalam kegiatan tersebut adalaha 70 mahasiswa yang berasal dari Indonesia dan Malaysia. Seminar diawali dengan mengulas biografi Muhammad Natsir oleh kedua narasumber.

Selama tiga jam seminar, ada banyak hal yang bisa dijadikan panutan dari sepak terjang Muhammad Natsir. Pertama, beliau gemar membaca sehingga ketika usia 18 tahun telah menulis buku tentang dasar negara dan buku-buku bacaan yang berpengaruh terhadap gerakan kepemudaan di Indonesia dan Malaysia. Hal tersebut membuat beliau dijuluki sebagai bapak bangsa.

Kedua, meskipun menerima beasiswa kuliah hukum di Universitas Rotterdam, akan tetapi beliau memilih untuk memperdalam Islam. Ketiga, beliau memiliki pemikiran untuk menjadikan Islam sebagai nilai negara, namun beliau lebih mendahulukan "izin rakyat" untuk menerima Islam sebagai dasar negara.

Keempat, beliau mampu membedakan antara kepentingan pribadi dan kepentingan bersama. Sehingga walaupun berbeda pendapat ketika berdebat tentang dasar negara di dalam forum, setelah perdebatan usai, beliau bisa duduk bercengkrama dengan lawan debatnya.

Kelima, hal yang langka dari Pak Natsir ialah kesederhanaan dan zuhud beliau. Hal ini bukan karena motif mencari dukungan tetapi memang terjadi secara natural.

Terlihat ketika beliau diangkat menjadi penasehat politik untuk Raja Faishol dengan gaji 5.000 dolar AS, namun beliau hanya mengambil 300 dolar AS untuk memenuhi kebutuhan beliau, dan menginfakkan sisanya utk perjuangan rakyat Palestina.

Secara ringkas, masa muda Muhammad Natsir telah dipenuhi dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. Aktivisme ini membentuk wawasan sehingga beliau memiliki kepribadian yang matang menjadi bapak bangsa.

Pemikiran beliau di masa lampau, banyak yang kemudian menjadi rujukan bagi para aktifis politik Islam pada zaman ini seperti kompromi Islam dan negara dengan bentuk demokrasi atas izin rakyat. Karena pengaruh beliaulah salah satu yang yang mewarnai dunia pergerakan nusantara bahkan secara tidak langsung pemikiran beliau lebih compatible terhadap dunia sekarang.

Semoga generasi mahasiswa saat ini dapat menjadikan Muhammad Natsir sebagai sosok inspirasi dalam memberikan manfaat untuk bangsa dan negara.

Yuni Yulia Farikha (sie Publikasi FOTAR).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement