Senin 10 Apr 2017 07:03 WIB

Anda Kekurangan Testosteron? Jawab 10 Pertanyaan Ini

Rep: Adysha Citra R/ Red: Indira Rezkisari
Penuaan menimbulkan beragam efek pada pria, salah satunya adalah sindrom defisiensi testosteron.
Foto: EPA
Penuaan menimbulkan beragam efek pada pria, salah satunya adalah sindrom defisiensi testosteron.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sindrom defisiensi testosteron (TDS) atau hipogonadisme merupakan suatu keadaan di mana tubuh pria menghasilkan kadar testosteron yang lebih sedikit dari kadar normal 300 ng/mL5. Kondisi ini penting diwaspadai dan diatasi karena hormon testosteron memiliki fungsi holistik yang memengaruhi kondisi kesehatan pria dari ujung rambut hingga ujung kaki.

Spesialis andrologi dari RS Fatmawati Dr Nugroho Setiawan SpAnd mengatakan defisiensi testosteron umumnya dialami oleh pria berusia di atas 40 tahun karena proses penuaan. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan defisiensi testosteron dialami lebih dini pada pria jika menerapkan pola hidup yang tidak sehat.

Defisiensi atau kekurangan testosteron tidak hanya menyebabkan disfungsi seksual seperti berkurangnya hasrat seksual dan disfungsi ereksi. Defisiensi testosteron juga dapat memicu terjadinya depresi, gangguan kognitif, masalah kardiovaskular seperti hiperlipidaemia dan hipertensi, penurunan fisik seperti mudah lelah dan hilangnya kepadatan tulang, hingga masalah metabolik.

"Kalau kekurangan harus diobati, karena ini menyangkut masalah kesehatan pria sekaligus masalah rumah tangga," terang Nugroho dalam diskusi kesehatan Seputar Masalah Intim Lelaki (SMILe) bersama Bayer di D.LAB by SMDV, beberapa waktu lalu.

Sayangnya, cukup banyak pria yang tidak menyadari bahwa gangguan seksual dan gangguan fisik maupun psikologis lain yang mereka alami disebabkan oleh defisiensi testosteron atau hipogonadisme ini. Tak jarang, gejala-gejala defisiensi testosteron seperti penurunan libido, disfungsi ereksi, mudah lelah, mudah berkeringat dan penambahan lingkar pinggang diabaikan karena dianggap sebagai hal yang biasa.

Nugroho mengungkapkan ada cara mudah untuk mewaspadai sindrom defisiensi testosteron. Dalam metode ini, pria cukup menjawab 10 pertanyaan sederhana saja. Berikut ini ialah kesepuluh pertanyaan tersebut.

1. Apakah libido atau dorongan seksual Anda menurun akhir-akhir ini?

2. Apakah Anda merasa lemas, kurang tenaga?

3. Apakah daya tahan dan kekuatan fisik Anda menurun?

4. Apakah tinggi badan Anda berkurang?

5. Apakah Anda merasa kenikmatan hidup menurun?

6. Apakah Anda merasa kesal atau cepat marah?

7. Apakah ereksi Anda kurang kuat?

8. Apakah Anda merasakan penurunan kemampuan dalam berolahraga?

9. Apakah Anda sering mengantuk dan tertidur sesudah makan malam?

10. Apakah Anda merasakan adanya perubahan atau penurunan prestasi kerja?

"Jika jawaban nomor satu dan tujuh adalah 'Ya' atau ada 3 jawaban 'Ya' selain nomor tersebut, kemungkinan besar kadar testosteron Anda menurun dan mengalami sindroma defiziensi testosteron," jelas Nugroho.

Pria dengan kecurigaan defisiensi testosteron disarankan untuk segera memeriksakan diri ke dokter. Melalui terapi sulih hormon testosteron, kadar testosteron pria bisa dibantu agar kembali sesuai kadar normal.

"Kalau kadar testosteron rendah diberikan (terapi sulih hormon testosteron) sampai kadar normal fisiologi, pasti aman," ungkap Nugroho.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement