DPR Sampaikan Aspirasi dan Isu Aktual ke Menteri LHK

Kamis , 06 Apr 2017, 16:06 WIB
Komisi IV DPR RI menggelar rapat kerja dengan Menteri LHK, Siti Nurbaya Bakar, di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (5/4).
Foto: Istimewa
Komisi IV DPR RI menggelar rapat kerja dengan Menteri LHK, Siti Nurbaya Bakar, di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (5/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi IV DPR RI menggelar rapat kerja dengan Menteri LHK, Siti Nurbaya Bakar, guna meminta penjelasan mengenai target dan realisasi program kerja dan serapan anggaran pada triwulan pertama tahun anggaran 2017.

Dalam kesempatan tersebut, Komisi IV DPR juga mempertanyakan beberapa isu aktual yakni tentang bencana longsor  di Ponorogo, rencana tahapan dan mekanisme pelaksanaan program Tanah Objek Reforma Agraria (TORA). Selain itu penanganan kerusakan terumbu karang akibat terjebaknya kapal pesiar Inggris Caledonia Sky di Raja Ampat, serta  kasus pelanggaran penggunaan kawasan hutan oleh perusahaan kebun dan tambang.

 

“Kami juga ingin mendapatkan tanggapan atas hasil kunjungan kerja kami di bidang lingkungan hidup dan kehutanan pada tiga lokasi kunjungan kerja masa reses, yakni ke Hutan Wisata Pelawan di Kabupaten Bangka Tengah Provinsi Bangka Belitung, dimana Tim Kunjungan Komisi IV melihat bibit pohon yang siap tanam dan siap untuk dibagikan kepada masyarakat yang dibutuhkan di Provinsi Bangka Belitung,” ucap Wakil Ketua Komisi IV, Herman Khaeron, saat memimpin rapat kerja tersebut di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (5/4).

 

Aspirasi lain yang juga disampaikan adalah tentang dukungan monitoring dan pengawasan dari pemerintah terhadap hutan Pelawan agar tetap terjaga kelestariannya. Hal ini mengingat hutannya menghasilkan madu pahit yang sangat berkhasiat bagi kesehatan manusia.

 

“Dalam Kunjungan Ke Provinsi Gorontalo yang termasuk daerah rawan banjir dan tanah longsor, yang disebabkan oleh Topografi yang agak curam sampai dengan kecuraman tertentu juga harus mendapatkan perhatian khusus dari Kementerian,'' kata Herman.

''Untuk mengatasi bencana banjir maka pemerintah daerah bersama-sama dengan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) melaksanakan program penanaman dilahan-lahan kritis,'' katanya. ''Permasalahan yang sekarang dihadapi oleh BPDASHL adalah banyaknya permintaan tanaman khususnya jenis kayu-kayuan, yang menyebabkan kegiatan pembibitan dan persemaian harus di maksimalkan.''

 

Sementara di Provinsi Banten, lanjut Herman, terkait sektor lingkungan hidup dan kehutanan, Komisi IV DPR RI juga menerima aspirasi sehubungan dengan permohonan agar pengelolaan Taman Nasional Ujung Kulon dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Pandeglang. Dan dari hasil kunjungan di Kabupaten Lebak yang perlu mendapatkan respon dari Menteri LHK adalah mengenai masih terdapat lahan kritis seluas 9.640,99 hektar, dan lahan potensial kritis seluas 164.710,74 hektar.