Selasa , 07 Mar 2017, 14:17 WIB

Kemenpar Siap Fasilitasi Industri Majukan Pariwisata Indonesia

Red: Hazliansyah
Biro Hukum dan Komunikasi Publik Kemenpar
Menteri Pariwisata Arief Yahya membuka Focus Group Discussion yang digelar Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) bertajuk
Menteri Pariwisata Arief Yahya membuka Focus Group Discussion yang digelar Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) bertajuk "Harmonisasi dan Sinergi Industri Pariwisata", Selasa (7/3) siang di Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sinergi yang baik antara industri dan pemerintah merupakan hal penting dalam memajukan pariwisata Indonesia. Dengan begitu target 15 juta wisatawan mancanegara (wisman) di tahun 2017 dan 20 juta wisman di 2019 tentu akan lebih mudah dicapai.

Hal tersebut disampaikan Menteri Pariwisata Arief Yahya saat membuka Focus Group Discussion yang digelar Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) bertajuk "Harmonisasi dan Sinergi Industri Pariwisata", Selasa (7/3) siang di Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata, Jakarta.

"GIPI berperan sebagai ujung tombak dalam mendukung pencapaian target pemerintah sebagaimana perannya industri adalah leading dan pemerintah mendukung," ujar Arief Yahya.

Arief yahya mengatakan, industri pariwisata Indonesia memiliki keunggulan komperatif karena menjadi yang terbaik di kawasan regional bahkan ASEAN. Pesaing utama pariwisata Indonesia adalah Thailand.

Selain itu, ujar Arief, country branding Wonderful Indonesia kini sudah berada di ranking 47 dari semula yang tidak masuk ranking dunia. Hal tersebut mencerminkan positioning dan differenting Indonesia di tingkat dunia.

"Price competitiveness kita juga sudah baik," kata dia.

Karena itu Menpar berharap FGD yang dihadiri 82 anggota GIPI dari beragam asosiasi industri pariwisata ini dapat merumuskan hasil yang baik yang dapat menjadi masukan bagi pemerintah.

"Industri mau kemana kita fasilitasi. Dan kalau mau menjadi destinasi utama dunia, tentunya harus menggunakan standar dunia," kata Arief Yahya.

Dalam menjual pariwisata Indonesia, industri dapat mengikuti pola kerja yang telah dibentuk Kemenpar. Diantaranya adalah DOT (Destinasi, Originasi dan Timeline).

"Misalnya seperti pasar Timur Tengah setelah meningkatnya pemberitaan setelah kunjungan Raja Salman. Harus tahu destinasi favorit mereka apa dan kapan biasanya mereka merencanakan liburan. Karena itu penting bagi rekan-rekan mengetahui originasi dan timeline itu penting," kata dia.

Menpar juga mengingatkan industri untuk tidak malu melakukan benchmark terhadap industri-industri pariwisata negara lain yang lebih maju.

"Karena itu saya senang acara ini untuk diadakan terus-menerus. Mungkin FGD ini bisa monthly dengan topik-topik tertentu," ujar Menpar.