Kamis 25 May 2017 17:22 WIB

Indonesia Harus Bangkit dari Kegagalan di Piala Sudirman

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Israr Itah
Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI, Susy Susanti.
Foto: PBSI
Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI, Susy Susanti.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perjuangan tim Indonesia pada ajang perebutan piala beregu campuran di Piala Sudirman 2017 berakhir dini. Pada turnamen yang digelar pertama kalinya di Gold Coast, Australia, Indonesia mencatatkan prestasi terburuk langsung terhenti pada fase penyisihan grup. 

Denmark lolos ke perempat final sebagai juara Grup 1D, disusul oleh India sebagai runner-up. Indonesia berada di posisi ketiga kalah hitung-hitungan poin kemenangan setelah ketiga tim saling mengalahkan. 

Manajer tim Indonesia, Susy Susanti, mengatakan hasil ini harus menjadi bahan koreksi untuk bisa bangkit. Meski demikian, juara Piala Sudirman pada 1989 ini tetap berpikiran positif. 

"Justru ini memacu kita, saya dan tim, atlet-atlet, bahwa kita memang butuh kerja keras. Bukan terpuruk dengan satu kegagalan, tetapi harus membuat kita lebih kuat, lebih berani dan menjadikan kegagalan ini sebagai jembatan untuk mencapai prestasi yang kita inginkan," kata Susy, melalui rilis PBSI yang diterima Republika.co.id, Kamis (25/5). 

Susy juga menilai penampilan atlet-atlet Indonesia saat bertemu dengan Denmark telah menunjukkan semangat juang mereka. Walaupun, ia tidak memungkiri masih banyak evaluasi yang harus dilakukan. Karena peta kekuatan bulu tangkis dunia saat ini dinilai sudah merata. Karena itu, menurutnya, hasil saat melawan India tidak bisa dilihat sebagai kekalahan. 

Kekuatan saat ini tidak lagi bertumpu pada negara-negara yang memiliki sejarah panjang, seperti Indonesia, Cina, Korea dan Jepang. Namun, negara lain pun sudah mulai memiliki kemampuan untuk bersaing. 

Lebih lanjut, Susy mengatakan bulu tangkis Indonesia harus berbenah diri dari segi latihan.  Ia juga mengakui regenerasi yang lambat pada bulu tangkis Indonesia. Hal itu menurutnya memang menjadi fokus utama pada kepengurusan PBSI di bawah pimpinan Wiranto saat ini. 

Susy mengatakan, Indonesia tidak bisa mengandalkan pemain-pemain senior. Ia mencontohkan pada tim Denmark yang diperkuat oleh pemain muda. Namun, mereka bisa menjadi unggulan dua. Kendati demikian, ia menyangkal jika bibit pemain Indonesia kurang. Menurutnya, pebulutangkis Indonesia memang harus lebih bekerja keras. 

 "Ke depannya inilah yang harus kita lakukan, bagaimana mematangkan mereka, mempercepat regenerasi," kata dia. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement