Selasa 31 Dec 2013 13:44 WIB

Selebrasi 'Quenelle' Merambah ke Bintang NBA

Rep: C10/ Red: Didi Purwadi
Point guard San Antonio Spurs, Tony Parker mengamankan bola dalam play off pertama wilayah barat melawan Oklahoma City Thunder
Foto: AP Photo
Point guard San Antonio Spurs, Tony Parker mengamankan bola dalam play off pertama wilayah barat melawan Oklahoma City Thunder

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemain bintang San Antonio Spurs, Tony Parker, meminta maaf setelah dia bersama rekan setimnya, Boris Diaw, mempublikasikan foto mereka bergaya salam 'Quenelle'.

Selebrasi Quenelle, yang sebagian orang menilainya sebagai salam Nazi dalam posisi terbalik, menjadi perhatian publik ketika striker muslim West Bromwich Albion asal Prancis, Nicolas Anelka, melakukannya pekan lalu.

Anelka langsung berselebrasi Quenelle saat merayakan gol pertama dari dua golnya saat timnya bermain imbang 3-3 di markas West Ham United.

Salam Quenelle ternyata juga dilakukan bintang NBA Tony Parker. Seperti dikutip ESPN pada Selasa, Parker mengatakan fotonya bergaya Quenelle itu diambil beberapa tahun lalu.

Parker saat itu berpose bersama Diaw dan komedian Prancis, Dieudonne M'bala, yang menjadi pencetus gaya 'Quenelle' sebagai bentuk sikap antikemapanan.

"Sikap ini telah menjadi bagian dari budaya Perancis selama bertahun-tahun,'' kata Parker. ''Tapi, baru-baru ini, hal seperti itu menjadi sebuah sikap yang dinilai negatif.''

Parker menjelaskan alasannya memilih pose seperti itu. Menurutnya, tindakan seperti itu dianggap sebagai suatu tindakan komedi belaka. “Saya tidak tahu bahwa hal itu menyinggung bahkan berdampak berbahaya sekali," kata Parker.

Parker mengatakan merasa bahagia atas kritikannya ini. Banyaknya tanggapan dari berbagai pihak menjadikannya sadar dan tidak akan mau mengulangi perbuatan itu lagi.

 

Seraya menyampaikan permohonan maafnya, Parker berharap kejadian ini bisa menjadikan pelajaran bagi semua orang. Pasalnya, hal tersebut yang dianggap sebagai tindakan komedi bisa menjadi sangat berbahaya dan dapat membuka tabir sejarah kebencian dan sakit hati suatu negara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement