Selasa 10 Nov 2015 05:35 WIB

Kemenpora Kampanyekan Pahlawan Olahraga

Imam Nahrawi
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Imam Nahrawi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap tanggal 10 November, Bangsa Indonesia selalu memperingati Hari Pahlawan. Ini merujuk pada pertempuran di Surabaya yang berhasil memobilisasi rakyat banyak untuk ikut serta berjuang melawan tentara Sekutu. 

Kementerian Pemuda dan Olah Raga meyakini semangat kepahlawanan masih relevan sampai kapan pun. Ada banyak bidang kehidupan yang menyediakan medan perjuangan baru yang memungkinkan Merah Putih bisa terus berkibar, bukan hanya di tanah air sendiri, melainkan juga di negeri-negeri lain. Salah satunya melalui olahraga.

“Memang belum ada pahlawan nasional Indonesia yang latar belakangnya atlet atau olah ragawan. Akan tetapi, olah raga punya cerita kepahlawanannya sendiri. Mereka para juara yang pernah mengharumkan nama Indonesia di kancah dunia, yang berhasil mengerek Sang Saka Merah Putih di forum-forum olah raga berskala internasional, yang membuat lagu Indonesia Raya berkumandang di stadion-stadion besar di berbagai penjuru dunia,” kata Menpora Imam Nahrawi menanggapi peringatan Hari Pahlawan 10 November dalam siaran persnya, Selasa (10/11).

Menpora menegaskan bahwa telah banyak olahragawan-olahragawan Indonesia yang telah mengobarkan semangat kepahlawanan dan mengharumkan nama bangsa.  “Dari Rudy Hartono yang meraih delapan kali juara All England hingga Elyas Pical dan Chris John yang jadi juara dunia tinju. Dari Srikandi panahan yang mempersembahkan medali pertama di ajang Olimpiade 1988 di Seoul hingga Susy Susanti yang meraih emas Olimpiade 1992 di Barcelona. Juga atlet-atlet lain yang telah mengharumkan nama bangsa,” tambah Cak Imam, sapaan akrab Menpora.

 

Berkat Susy Susanti misalnya, lanjut Menpora, untuk pertama kalinya Indonesia bisa sejajar dengan negara lain yang pernah menjadi juara di kancah Olimpiade. Karena itu, pada peringatan Hari Pahlawan tahun ini, Kementerian Pemuda Olah Raga (Kemenpora) mencoba membangkitkan wacana kepahlawanan dalam bentuk kampanye “Pahlawan Olah Raga”.

 

Menurut Menpora, Susy Susanti patut dipilih sebagai role model karena emas yang diraihnya pada Olimpiade 1992 menjadi tonggak penting sejarah olahraga kita. Wajah lelah Susy usai bertarung tiga set dengan Bang Soo-Hyun  tiba-tiba berubah haru kala nada-nada ciptaan WR Soepratman berkumandang mengiringi naiknya Merah Putih.  Semua anak bangsa yang menyaksikannya di televisi juga merasakan energi yang sama: keharuan yang membanggakan, suka cita sebagai sebuah bangsa.

 

“Susy patut diteladani sebab momen 1992 itu telah menjadi memori kolektif bangsa kita. Wajah haru Susy adalah metafora dari olah raga yang menjelma sebagai alat perjuangan kontemporer yang bisa begitu berarti bagi kita semua. Pada potret Susy itu, kita menemukan kembali tekad dan semangat baja yang dulu pernah menggerakkan arek-arek Suroboyo untuk berjuang sampai titik darah penghabisan. Pada setiap keringat yang diteteskan untuk mengharumkan nama bangsa, kita percaya bahwa Indonesia memang begitu berharga dan amat patut untuk diperjuangkan oleh kita semua,” tegas kader PKB ini.

 

Staf Khusus Menpora Bidang Olahraga, M Khusen Yusuf menambahkan, pentas olahraga memang telah melahirkan banyak pahlawan. Keringat, darah dan air mata telah banyak ditumpahkan para olahragawan demi mengangkat martabat bangsa. “Bagi saya, semua atlet  yang mengharumkan nama bangsa adalah pahlawan “ tutur Khusen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement