Senin 06 Feb 2017 07:36 WIB

Saran Pakar Agar Prodi Agama Islam Makin Diminati

Rep: Fuji EP/ Red: Dwi Murdaningsih
Ekonomi Islam (ilustrasi)
Foto: Reuters
Ekonomi Islam (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Program Studi (Prodi) Filsafat Agama, Ilmu Hadis dan Perbandingan Agama dinilai menjadi prodi yang paling sedikit diminati. Karenanya, Kementerian Agama (Kemenag) RI dan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) perlu mendesain prodi keagamaan dengan tepat.

Cendikiawan Muslim sekaligus Pakar Pendidikan Islam, Adian Husaini mengatakan, yang lebih mendasar dan harus dipikirkan sebetulnya tentang pembagian jurusan. Jurusan ilmu agama, sekarang mengikuti spesialisasi lapangan kerja.

Misalnya jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), lulusannya jadi guru agama. Jurusan syariah, lulusannya jadi hakim agama. "Sekarang dalam era perkembangan keilmuan yang semakin cepat dan integral, semakin menuntut konsep integrasi keilmuan," kata Adian kepada Republika, Ahad (5/2).

Jadi, seseorang yang belajar dan mendalami Ilmu Hadis, tidak harus belajar Ilmu Hadis saja. Dia juga bisa belajar jurnalistik, teknik informasi dan lain sebagainya. Menurutnya, kemenag juga perlu mendiskusikan permasalahan minimnya minat terhadap prodi keagamaan.

Mesti dipikirkan bagaimana desain prodi keagamaan yang tepat dan sesuai yang dibutuhkan masyarakat. Misalnya mereka yang belajar Ilmu Hadis, jika memang diperlukan maka sebaiknya mereka diberi beasiswa. Selain itu, mereka juga diajari tambahan ilmu agar memiliki kemampuan lain yang bisa mereka gunakan untuk hidup mandiri.

"Bukan hanya Ilmu Hadis, bidang keahlian Sejarah Keagamaan Islam, Ilmu Tafsir itu juga kecil sekali peminatnya. (Mahasiswa) jurusan seperti ini harusnya diberikan keahlian lain dan beasiswa," jelasnya.

Ia mencontohkan, mereka yang belajar Ilmu Hadis, bisa diberi keahlian tambahan seperti jurnalistik, manajemen, wirausaha dan lain sebagainya. Sebab, sebagai Muslim yang baik tidak hanya menguasai Ilmu Hadis saja. Mereka juga harus punya keahlian lain.

Meski demikian, Adian mengingatkan, berdasarkan konsep pendidikan Islam maupun nasional yang tertera pada UUD 1945. Tujuan pendidikan nasional untuk membentuk manusia yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia.

"Itu tujuannya, jadi kalau desain pembelajaran ilmu agama dikaitkan nanti dia bekerja apa, secara mendasar itu sudah salah niat," ujarnya.

Bahkan, di dalam konsep Islam, Rasulullah mengatakan, barang siapa yang mencari ilmu untuk tujuan dunia semata. Maka dia tidak akan mencium bau surga. Jadi, yang terpenting meluruskan niat dulu untuk belajar ilmu agama. Mereka yang belajar ilmu agama, juga kedepannya bisa menjadi kiai, dai, ustaz dan cendikiawan Muslim. Mereka yang akan melanjutkan perjuangan umat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement