Ahad 05 Feb 2017 13:41 WIB

Pendidikan Vokasi untuk Menghasilkan SDM yang Berdaya Saing

Pendidikan Vokasi (ilustrasi)
Foto: www.pnj.ac.id
Pendidikan Vokasi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh : Dr. Misbah Fikrianto, MM, M.Si *)

Kondisi persaingan dan perkembangan yang begitu cepat, membutuhkan kontribusi pendidikan dalam menghasilkan sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing. Pendidikan dijadikan sebagai kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh masyarakat. Salah satu indikator majunya suatu bangsa ditentukan dengan indeks pengembangan kualitas sumber daya manusia, yang hasilnya didapat dari proses pendidikan yang bermutu.

Pemerintah baru saja mengeluarkan Instruksi Presiden nomor 9 tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan Dalam Rangka Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Sumber daya Manusia Indonesia. Dalam Inpres yang ditujukan kepada 12 Kementerian dan 1 Lembaga menjadi momentum legalitas yang strategis untuk pengembangan pendidikan vokasi di Indonesia. Pendidikan vokasi menjadi solusi untuk penciptaan sumber daya manusia yang berkompetensi, berdaya saing, dan siap bekerja profesional.

Pendidikan vokasi yang ada harus diperluas aksesnya, diberikan kesempatan yang besar kepada seluruh warga negara untuk mendapatkan akses keterampilan melalui pendidikan vokasi. SDM di Indonesia harus dibentuk dengan karakter yang baik, ucapan yang santun, perilaku yang mencerminkan umat yang beragama, dan berkeahlian profesional. Perilaku berbasis keagamaan menjadi landasan untuk menciptakan suasana yang santun, lembut, dan bermanfaat untuk semua.   

Berdasarkan undang-undang pendidikan tinggi nomor 12 tahun 2012 tentang pendidikan tinggi, maka posisi pendidikan vokasi menjadi vital dan sama dengan jalur pendidikan akademik dan profesi. Pendidikan vokasi memiliki kesamaan hak dan proses, sehingga menjadi alternatif pilihan masyarakat. Indonesia harus menmpersiapkan sumber daya manusia yang mampu menghadapi Asean Economy Community tahun 2015.

Sumber daya manusia di Indonesia harus memiliki kompetensi yang memberikan solusi dan peningkatan produktivitas perusahaan. Secara terbuka akan terjadi persaingan yang ketat untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan kompetetif. Apakah Kondisi demikian menjadi tantangan perguruan tinggi di Indonesia ?

Mengapa pendidikan vokasi?  

Kebutuhan akan kompetensi terapan yang langsung dapat memenuhi kebutuhan industri dilahirkan oleh lulusan pendidikan vokasi. Pendidikan vokasi dalam prosesnya menekankan pada pengembangan praktek/terapan dibanding yang sifatnya teoritis. Peserta didik diberikan kemampuan yang dapat memberikan solusi dan pengembangan kreativitas berbasis potensi individu.

Pelaksanaan pendidikan vokasi di Indonesia dilakukan oleh Sekolah Menengah Kejuruan, Politeknik, dan Universitas yang memiliki program pendidikan vokasi. Pendidikan vokasi dapat dilakukan dari jenjang D-1 sampai Doktor Terapan. Melihat strategisnya pendidikan vokasi maka sosialisasi dan desiminasi informasi serta pengembangan pendidikan vokasi sangat diperlukan.

Pemerintah juga telah memberikan ruang untuk peningkatan proses dan pengembangan sumber daya manusia sampai kepada tingkatan guru besar terapan. Peluang strategis tersebut harus dijadikan momentum pengembangan pendidikan vokasi. Dalam rangka peningkatan angka partisipasi kasar pendidikan tinggi yang saat ini berkisar sekitar 36 persen lebih (sumber: slide belmawa.ristekdikti), pendidikan vokasi menjadi terobosan untuk mendorong pemenuhan rasio kebutuhan pendidikan.

Memenuhi kebutuhan industri

Industri memerlukan sumber daya manusia yang dapat mengoperasikan program perusahaan. Proses adaptasi (probation period) menjadi lebih singkat, karena lulusan pendidikan vokasi dapat langsung memahami dan melakukan pekerjaan sesuai kebutuhan industri. Industri memerlukan level kompetensi dari mulai teknis, manajerial, dan practice.

Banyak perusahaan yang mencari sumber daya manusia yang memiliki kompetensi terapan, sehingga memudahkan perusahaan dalam mempercepat produksinya. Secara nyata lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) sudah “Bisa” bekerja dengan baik, apalagi untuk jenjang yang lebih tinggi.

Politeknik Negeri Media Kreatif (PoliMedia) merupakan perguruan tinggi negeri vokasi yang fokus pada penyiapan SDM bidang Industri Kreatif. Industri kreatif sedang berkembang dan sangat dibutuhkan untuk mendukung pendapatan negara melalui sektor industri kreatif. Industri kreatif memberikan ruang publik dan kreativitas yang tinggi.

PoliMedia melakukan diskusi dengan beberapa user, di antaranya Asoasi Perusahaan Grafika Indonesia dan Badan Pengembangan Pengemasan Indonesia mengatakan terdapat perbedaan lulusan yang berasal dari pendidikan vokasi dengan lulusan dari pendidikan akademik. Lulusan pendidikan vokasi mampu mengerjakan apa yang menjadi kebutuhan perusahaan.

SDM Berdaya Saing

Secara langsung pendidikan berkolerasi dengan pengembangan sumber daya manusia. SDM yang berdaya saing harus mampu unggul dan memberikan solusi terhadap permasalahan yang ada. Pendidikan Vokasi mengajarkan proses how to know and how to do, hal ini yang menjadikan peningkatan kualitas SDM di Indonesia.

Kompetensi terapan memberikan bekal terhadap pengembangan sumber daya manusia yang unggul. Kompetensi terapan menjawab pertanyaan why dalam operasional yang dilakukan. Oleh karena itu, kita harus memiliki grand desain pengembangan pendidikan vokasi di Indonesia agar memberikan penguatan terhadap sumber daya manusia.

Lulusan Pendidikan Vokasi melalui proses pendidikan yang dilakukan dengan pendekatan terapan dan berbasis kebutuhan industri. Lulusan tersebut dilakukan uji kompetensi sesuai dengan Skema yang telah dilisensi oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) melalui Lembaga Sertifikasi Profesi P-1 pada lembaga pendidikan.

Politeknik Negeri Media Kreatif sudah mendirikan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) P-1 yang akan melakukan asesment uji kompetensi untuk lulusannya sehingga industri mendapatkan kepercayaan sekaligus manfaat yang besar. Secara proses, Pendidikan vokasi memiliki pendekatan keterampilan yang dominan serta link-match dengan industri terkait.

Politeknik Negeri Media Kreatif memiliki differensiasi dengan Politeknik lain, yaitu menerapkan sistem orientasi industri (OI) pada akhir semester II, setelah itu Magang Industri (MI) setelah semester IV, dan pada semester VI mahasiswa melakukan praktek industri (PI) selama 3-5 Bulan di Industri. Perbedaan tersebut memberikan nilan tambah yang lebih dibandingkan dengan pendidikan akademik maupun pendidikan vokasi yang ada.

Presiden Jokowi pada Rapat Kabinet Paripurna pada awal 2017, memberikan arahan untuk melakukan revitalisasi pendidikan vokasi dengan membuka akses yang luas untuk masyarakat mendapatkan akses keterampilan dan mengubah kurikulum yang ada, menjadi kurikulum yang berbasis industri serta menyiapkan sumber daya manusia yang profesional dalam bidangnya. Harapannya, semua lembaga yang menyelenggarakan Pendidikan Vokasi mendapatkan prioritas dan dukungan untuk pengembangan dan peningkatan kualitasnya, sehingga menghasilkan lulusan yang bermutu.

Lulusan yang bermutu terwujud apabila Dosen, lembaga, dan proses pendidikan vokasi dilakukan secara bermutu pula. Dari mulai input penerimaan mahasiswa baru, proses pada pembelajaran, magang, dan lainnya, akan menghasilkan output yang baik juga. Kondisi demikian memberikan kesejajaran antara pendidikan vokasi dengan pendidikan akademik, sehingga masyarakat memilih sesuai kebermanfaatan dan kemaslahatannya.

*) Wakil Direktur Bidang Kerja Sama Politeknik Negeri Media Kreatif

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement