Selasa 31 Jan 2017 17:00 WIB

Ayo Bercerita pada Anak

Red:

Keluarga Indonesia Teman Anak (KITA) Bercerita mendorong setiap keluarga untuk meningkatkan budaya bercerita kepada anak minimal 10 menit dalam sehari. Cara ini dinilai dapat menjadi medium untuk membuat mereka merasakan dunia anak yang sebenarnya serta bermanfaat menanamkan nilai-nilai luhur, mengembangkan keterampilan bahasa, dan memaksimalkan kecerdasan anak.

Ajakan bercerita kepada anak-anak tersebut bergema ketika KITA Bercerita meresmikan  Yayasan Tunanetra Elsafan sebagai Rumah Cerita di Jakarta, pekan lalu. Rumah Cerita merupakan sebuah tempat yang memiliki banyak buku dan perlengkapan bercerita. Para  pengelola tempat tersebut berkomitmen meluangkan waktu minimal 10 menit bercerita setiap hari kepada anak.

KITA Bercerita, sebagai penggerak kampanye edukasi untuk meningkatkan budaya bercerita kepada anak, menggandeng beberapa komunitas dan lembaga masyarakat untuk menjadi Rumah Cerita. Hal ini ditujukan untuk mewujudkan kesadaran nasional untuk keluarga Indonesia bercerita kepada anak minimum 10 menit dalam sehari. Selain Yayasan Elsafan, KITA Bercerita juga telah meresmikan sekolah PAUD Master Depok, Jawa Barat, sebagai Rumah Cerita.

"Setiap anak memiliki hak untuk dibacakan cerita. Tidak terkecuali adik-adik penyandang tunanetra di Yayasan Elsafan ini. Bercerita bisa dijadikan medium untuk kita dapat membuat mereka merasakan dunia anak yang sebenarnya," ujar Koordinator Kegiatan KITA Bercerita, Anugraha Dezmercoledi. Dalam acara peresmian tersebut, KITA Bercerita menghibur puluhan anak yang hadir dengan membawakan beberapa cerita.

Elsafan adalah yayasan pendidikan dan pelatihan serta panti tempat tinggal bagi anak-anak tunanetra yang terletak di daerah Jakarta Timur. Yayasan ini memiliki visi mewujudkan anak tunanetra yang unggul, hidup mandiri, inklusif, dan dapat bermanfaat bagi orang lain.

Anugraha mengaku, bercerita di hadapan anak-anak berkebutuhan khusus memang membutuhkan teknik tersendiri. "Untuk anak-anak tunanetra, kita harus bisa memaksimalkan penggunaan intonasi vokal agar kegiatan bercerita menjadi lebih menarik, menyenangkan, dan mampu menumbuhkan imajinasi mereka," ujarnya.

KITA Bercerita mendonasikan pojok bercerita yang nyaman bagi anak-anak, dilengkapi dengan berbagai buku bacaan untuk bercerita. Hal ini dimaksudkan agar aktivitas bercerita antara guru dan murid di yayasan tersebut menjadi semakin menyenangkan.

Peresmian Rumah Cerita itu diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam melestarikan budaya bercerita. Acara ini merupakan bagian dari roadshow menuju Negeri Cerita yang akan diselenggarakan pada Juli 2017. "KITA Bercerita akan menjadikan Negeri Cerita sebagai surga cerita bagi anak-anak Indonesia," katanya.

Kacamata gratis

Jika KITA Bercerita menghibur anak-anak di Yayasan Tunanetra Elsafan dengan bercerita dan menyediakan buku-buku serta perlengkapan bercerita, lain halnya dengan Astra International. Perusahaan ini menggagas gerakan GeneAKSI Sehat Indonesia (GSI). Program CSR bidang kesehatan ini bertujuan untuk membantu anak-anak sekolah di daerah perbatasan terluar Indonesia memiliki penglihatan yang lebih baik dengan menyediakan kacamata gratis.

Sejauh ini program GSI 2016-2017 berhasil memperoleh total unggahan melalui media sosial sebanyak 6.606 dan telah dikonversi menjadi kacamata untuk anak-anak di Rote Ndao-Nusa Tenggara Timur, Natuna, Kepulauan Riau, dan Talaud, Sulawesi. Kegiatan terakhir pada periode 2016-2017 dilakukan 21 Januari lalu di Kabupaten Kepulauan Talaud dengan membagikan 2.000 kacamata.

"Saya berterima kasih atas kedatangan Astra di Talaud sebagai pulau terluar di wilayah timur. Dengan ini, seharusnya kerusakan mata anak-anak Talaud bisa berkurang," kata Bupati Talaud Sri Wahyuni Maria Manalip.

Di samping bagi-bagi kacamata untuk anak-anak yang membutuhkan, dilakukan pula penyuluhan tentang hidup sehat melalui olahraga, makan buah dan sayur, deteksi dini pemeriksaan kesehatan, dan aksi sehat lain yang dilakukan bersama teman dan keluarga. Selama periode pelaksanan program GSI sejak 2014, telah disebar sebanyak 15.654 kacamata ke berbagai wilayah terluar Indonesia.

Data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada 2013 menunjukkan, ada 6,6 juta anak Indonesia usia sekolah mengalami gangguan pada mata. Angka tersebut relatif cukup besar bila dibandingkan jumlah anak usia sekolah yang hanya mencapai angka 66 juta.

Banyak kasus mata anak-anak di berbagai daerah di Indonesia terjadi akibat ketiadaan dokter ahli mata sehingga mereka tidak dapat memeriksakan kondisi mata sedini mungkin. Selain itu, tingkat gizi yang tidak cukup baik membuat kondisi mata pun semakin menurun. Melihat kondisi tersebut, Astra International berusaha membantu anak-anak yang mengalami kerusakan mata dengan menyediakan kacamata, khususnya mereka yang berada di pulau-pulau terluar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement