Jumat 27 Jan 2017 11:00 WIB

Mengenal Indeks Zakat Nasional

Red:

Dalam perkembangan penge lolaan zakat, baik di In donesia maupun pada level internasional, sampai saat ini belum ada alat ukur stan dar yang dapat mengukur dan mengevaluasi bagaimana kinerja zakat secara agregat (keseluruhan). Padahal, keberadaan alat ukur ini sangat penting dalam menentukan keberhasilan pencapaian pembangunan zakat. Selain itu, dengan mengetahui secara akurat pencapaian pembangunan zakat, maka dapat diukur sejauh mana kontribusi zakat terhadap kesejahteraan masyarakat dan ju ga pembangunan ekonomi secara umum.

Secara umum, dari kajian-kajian yang pernah ada, dapat terlihat bahwa me mang telah ada upaya untuk membangun indikator yang dapat mengevaluasi ki nerja zakat. Abdullah et al (2012) misalnya, membangun indikator zakat effectiveness index. Indikator ini mengukur sejauh mana peran pemerintah-yang dilihat dari alokasi anggaran-terhadap kesejahteraan penerima zakat. Dalam dimensi yang berbeda, Noor et al (2015) juga memberikan ide bagaimana membangun sebuah indikator yang dapat mengevaluasi kinerja zakat dari aspek kelembagaan. Indikator yang dinamakan zakat index ini meliputi evaluasi keseluruhan kinerja sebuah lembaga zakat yaitu dari mulai input, proses, output, dan outcome.

Di Indonesia, Beik dan Arsiyanti (2011,2015) melakukan evaluasi dampak zakat yang dilihat dari ukuran-ukuran standar kemiskinan BPS, kemudian disempurnakan dengan memasukkan aspek spritual dengan nama metode CIBEST. Hal yang sama juga dilakukan oleh Nurzaman (2011,2015), yang memodifikasi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai alat ukur kesejahteraan bagi rumah tangga mustahik.

Secara umum, dari kajian-kajian yang pernah ada, dapat terlihat bahwa me mang telah ada upaya untuk membangun indikator yang dapat mengevaluasi kinerja zakat. Tetapi dapat terlihat terdapat dua kelemahan utama dari kajian yang pernah ada. Pertama, kajian yang ada dibuat dalam dimensi yang parsial. Kedua, kajian-kajian tersebut dilakukan pada level mikro atau studi kasus. Sementara untuk mengukur kinerja zakat Nasional diperlukan indikator yang merangkap kriteria secara keseluruhan.

Oleh karena itu, Pusat Kajian Stra tegis BAZNAS berinisiatif untuk melaku kan kajian pembentukan konsep Indeks Zakat Nasional (IZN). IZN yang akan disusun ini merupakan sebuah alat ukur yang dibangun dengan tujuan untuk mengevaluasi perkembangan kondisi perzakatan pada level agregat (nasional dan provinsi). IZN diharapkan mampu menjadi indikator yang dapat memberikan gambaran sejauh mana zakat telah berperan terhadap kesejahteraan mustahik, dan juga dapat menunjukkan pada tahap apa institusi zakat telah dibangun, baik secara internal kelembagaan, partisipasi masyarakat, maupun dari sisi dukungan yang diberikan peme rintah. IZN pada akhirnya diharapkan men jadi sebuah ukuran standar yang da pat dipakai oleh regulator, lembaga zakat, dan juga masyarakat dalam meng evaluasi perkembangan zakat secara nasional.

Penyusunan IZN dilakukan dengan menggunakan penelitian berbasis Mixed Methods. Mixed methods research merupakan sebuah metodologi penelitian yang menggabungkan metode kualitatif (mi salnya Desk Study, FGD, wawancara) dan metode kuantitatif (misalnya survei dan pembentukan model ekonomi) dalam melibatkan proses mengumpulkan, menganalisis dan mengintegrasikan metode kuantitatif dan penelitian kualitatif. IZN ini juga dilakukan melalui mekanisme Focus Group Discussion melibatkan para pakar zakat yang berasal dari BAZNAS, Forum Zakat (FOZ) dan Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSNMUI), pakar ekonomi dari BI, dan juga akademisi dalam bidang ekonomi Islam.

Dalam menentukan komponen-komponen yang membentuk IZN, tim peneliti puskas juga menetapkan sebuah pe doman yang menjadi konsep dasar dalam keseluruhan proses penyusunan yang dilakukan. Pedoman tersebut kami sing kat dengan istilah SMART, yaitu: Spesific (komponen yang disajikan harus spesifik), Measurable (komponen yang di sajikan harus dapat diukur), Applicabble (komponen yang disajikan dapat diaplikasikan), Reliable (komponen yang di sajikan adalah dapat dipercaya) dan Ti mely (penghitungan yang dilakukan ber sifat berkala).

Dalam kajian ini pembahasan di mu lai dengan pemilihan dimensi-di mensi yang akan merefleksikan indeks yang akan disusun. Dimensi ini merupa kan komponen penyusun yang bersifat paling luas, menangkap keseluruhan bagian yang menyusun IZN. Dimensi selanjutnya dija barkan dalam indikator-indikator yang menyusun dimensi tersebut. Setelah didapatkan dimensi dan indikator yang me nyu sun IZN, kemudian dipaparkan lebih detail dalam bentuk variabel terpilih. Langkah berikutnya adalah dengan memberikan pembobotan kepada ma sing-masing dimensi, indikator dan juga variabel tersebut. Tahapan pembobotan diperlukan untuk menentukan berapa proporsi kontribusi dari setiap kom ponen penyusun indeks. Pembo bot an yang di berikan harus melalui metode yang meli batkan masukan dari para ahli ekonomi dan perzakatan.

Setelah didapatkan seluruh komponen pembentuk IZN, beserta bobot kontribusi nya, maka langkah terakhir adalah me nen tukan metode kuantitatif untuk meng hitung indeks tersebut. Dalam penghitungan indeks, selain ditentukan for mula peng hitungannya, juga diperlukan tahap an menghitungnya. Hal ini dikarenakan, seperti disebutkan dalam bagian metode penyusun, komponen pembentuk IZN terdiri dari beberapa ba gian yang dirinci lagi kedalam sub bagian se hingga proses penghitungan bersifat multiple steps.

Adapun komponen IZN yang diperoleh, secara umum dibentuk oleh dua di mensi yaitu dimensi makro dan dimensi mikro. Dimensi makro merefleksikan ba gai mana peran pemerintah dan masya rakat secara agregat dalam berkontribusi membangun institusi zakat. Dimensi ini memiliki 3 indikator yaitu regulasi, du kungan anggaran pemerintah (APBN), dan database lembaga zakat. Indikator database lembaga zakat kemudian diturunkan kembali menjadi 3 variabel yaitu: jumlah lembaga zakat resmi, muzaki individu, dan muzaki badan usaha. Sementara itu dimensi mikro merupakan bagian yang disusun dalam perspektif kelembagaan zakat dan penerima manfaat dari zakat atau mustahik. Indi kator performa lembaga zakat kemudian dibuat lebih terperinci ke dalam 4 variabel yang mengukur performa lembaga dari aspek penghimpunan, pengelolaan, penyaluran, dan pelaporan. Sedangkan in dikator dampak zakat merupakan ga bungan 5 variabel yang melihat dampak secara ekonomi, spiritual, pendidikan, kesehatan, dan kemandirian. Gambaran keseluruhan komponen penyusun IZN dapat dilihat di Gambar 1.

Nilai indeks yang dihasilkan akan berada pada rentang 0.00 – 1.00. Ini berarti semakin rendah nilai indeks yang didapatkan maka semakin buruk kinerja perzakatan nasional, dan semakin besar nilai indeks yang diperoleh berarti semakin baik kondisi perzakatan. Indeks Zakat Nasional (IZN) adalah wujud dari keseriusan untuk mentranformasi zakat agar selalu menuju kearah yang lebih baik. Tentunya untuk membuat pengelolaan zakat lebih baik diperlukan adanya indikator yang tepat yang dapat meng gambar kan kinerja zakat secara keseluruhan.

Berdasarkan hal ini, maka dengan mengembangkan Konsep Indeks Zakat Nasional (IZN) diharapkan badan/lem baga zakat di Indonesia mempunyai standardisasi kinerja. Akan tetapi, dalam mengevaluasi kinerja zakat tentu bukan hanya menilai dari kinerja badan/lem baga zakat saja, tetapi juga aspek dukung an dari pemerintah, dan masyakat.

Kemudian mustahik sebagai penerima dana zakat, tidak bisa dilupakan dari indikator kinerja zakat nasional, karena mereka adalah penerima manfaat zakat sehingga harus ada tolok ukur sampai sejauh mana dana zakat yang disalurkan dapat meningkatkan kesejahteraan me reka sebagai bahan evaluasi badan/lem baga zakat. Wallaahu a'lam.

Dr Mohamad Soleh Nurzaman

Wakil Direktur bidang Riset dan Kajian, Pusat Kajian Strategis (Puskas) BAZNAS

Ridho Gusti Hendharto

Peneliti Senior, Pusat Kajian Strategis (Puskas) BAZNAS

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement