Jumat 13 Jan 2017 17:00 WIB

Pemerintah Dorong Konsumsi Daging Beku

Red:

JAKARTA -- Pemerintah mendorong masyarakat untuk mengonsumsi daging sapi atau kerbau beku. Daging tersebut dapat menjadi alternatif untuk daging sapi atau kerbau segar yang harganya lebih mahal.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, usai melakukan kunjungan kerja di Pasar Jatinegara, Jakarta, menjelaskan, harga daging sapi dan kerbau segar masih terpantau di atas Rp 100 ribu per kilogram. Sedangkan, daging sapi dan kerbau beku impor dibanderol di harga rata-rata Rp 80 ribu per kilogram. Kemendag juga mencatat harga daging sapi beku ada yang dijual di harga Rp 59 ribu per kilogram untuk potongan paha depan dan Rp 79 ribu per kilogram untuk paha belakang sapi.

Meskipun dijual dalam harga pasaran yang lebih rendah dibandingkan daging segar, bukan berarti kualitas daging beku lebih rendah dibanding dengan yang segar. "Justru daging beku sudah melewati tahapan pemeriksaan yang cukup," ujar Enggar, Kamis (12/1). Hal ini disebabkan salah satu persyaratan distribusi daging di semua negara maju adalah dilakukan pembekuan terlebih dahulu.

Pemerintah menugaskan Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk melakukan penyaluran daging sapi dan kerbau beku bisa terjamin hingga periode Lebaran tahun 2017. Terhitung, hingga Januari ini masuk 70 ribu ton daging kerbau yang kembali masuk Indonesia. Di samping itu, pemerintah menyiapkan pasokan daging sapi beku dari Australia dan Spanyol.

Hanya, sosialisasi daging beku ini baru bisa gencar dilakukan di DKI Jakarta. Alasannya, distribusi daging kerbau dan sapi beku baru mengalir masuk Jakarta. Enggar meminta Asosiasi Distributor Daging Indonesia (ADDI) untuk mempersiapkan penyaluran daging beku secara optimal di Jakarta terlebih dahulu. Baru bila permintaan dari daerah lain meningkat, pasokan daging beku akan diperluas ke luar Jakarta.

Selain memantau Pasar Jatinegara, Enggar juga memantau harga kebutuhan pokok di beberapa pasar lain yang ada di Jakarta, antara lain Pasar Koja Baru Jakarta Utara dan Pasar Rawamangun Jakarta Timur. Berdasarkan pantauan langsung, sejauh ini pasokan tidak ada gangguan dan harga bahan pokok dalam kondisi stabil.

Enggar menambahkan, komoditas lain seperti gula kristal putih, sudah ada kesepakatan dengan pelaku usaha untuk menjual dengan harga eceran tertinggi Rp 12.500 pada Februari 2017. Pemerintah tengah intensif melakukan pembicaraan dengan berbagai pelaku usaha untuk mengendalikan harga, khususnya bahan pokok penting.

Serap Cabai

Selain daging tersebut, Enggar juga memantau pasokan dan harga cabai, beras, dan bahan kebutuhan pokok lainnya. Untuk cabai rawit merah, pemerintah berkoordinasi dengan Bulog untuk memaksimalkan serapan komoditas cabai di tingkat petani. Enggar mengatakan, harga cabai merah besar terpantau Rp 40 ribu per kilogram. Sedangkan, cabai merah keriting terpantau Rp 45 ribu per kilogram dan cabai rawit hijau Rp 75 ribu per kilogram. Khusus untuk cabai rawit merah, Perum Bulog melakukan operasi pasar dengan harga Rp 65 ribu per kilogram. Total, ada 60 ribu ton cabai rawit merah yang dialirkan ke pasar.

Enggar menjelaskan, faktor cuaca memang pada akhirnya memengaruhi pasokan cabai ke pasar. Belum lagi, lanjut Enggar, ketika permintaan cabai rawit merah sebelumnya tidak terlalu tinggi membuat jumlah penanaman juga tidak cukup tinggi.

"Dari teori sih, over supply. Tapi, karena iklim seperti ini dipaksa dipetik di tengah hujan, dia jadi busuk. Kalau busuk, petani terpaksa menjual murah untuk digiling. Itulah sebabnya dia mengompensasi dengan penjualan berikutnya atas kerugian yang dideritanya," kata Enggar.

Perbedaan pasokan di setiap daerah, menurut Enggar, membuat harga di sejumlah daerah juga ikut berbeda. Artinya, harga memang tergantung pada iklim dan cuaca di suatu daerah. Pemerintah juga menerapkan pasokan menyilang, dari daerah yang pasokannya masih cukup ke daerah yang pasokannya kurang.

Sementara itu, Direktur Komersial Perum Bulog Karyawan Gunarso menambahkan, operasi pasar yang dilakukan pihaknya bersama dengan PT PPI dilakukan dengan menjual cabai rawit merah kecil dengan harga Rp 60 ribu per kilogram dan cabai merah besar seharga Rp 35 ribu per kilogram. Pasar murah dilakukan di seluruh Indonesia.

Sekretaris Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Yasid Taufik menegaskan, sebetulnya produksi cabai sejauh ini tidak ada masalah. Kondisi kenaikan harga cabai rawit merah tersebut lebih disebabkan kurangnya pasokan ke pasar induk. "Pasokan di Pasar Induk Kramat Jati pada kondisi normal sekitar 70-100 ton per hari, turun menjadi 35 ton per hari," ujar Yasid.

Pihaknya beranggapan, kenaikan harga cabai rawit merah hanya berada di pasar-pasar konsumen. Kementerian Pertanian mencatat, rata-rata produksi cabai merah besar 1,29 juta ton per tahun. Sedangkan, kebutuhan atas komoditas ini sekitar 900 ribu ton per tahun. Yasid mengatakan, untuk cabai rawit produksinya tercatat sebanyak 950 ribu ton dan terjadi surplus.      rep: Sapto Andika Candra/antara, ed: Satya Festiani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement