Jumat 06 Jan 2017 17:00 WIB

Mendongkrak Keberhasilan Bayi Tabung

Red:

Bayi tabung (in-vitro fertilization- IVF) merupakan salah satu jenis dari reproduksi berbantu yang dapat menjadi harapan bagi pasangan dengan masalah kesuburan (infertilitas) untuk mendapatkan keturunan. Dalam menunjang keberhasilan IVF, ada beberapa faktor yang memegang peranan penting.

Spesialis Obstetri dan Ginekologi dari SMART IVF RS Permata Depok dr Aida Riyanti SpOG MRepSc mengatakan, sebelum menentukan ikut dalam proses IVF, penyebab infertilitas pada pasangan suami-istri harus dipastikan terlebih dahulu. Setelah diketahui, barulah ditangani masalah infertilitasnya terlebih dahulu. "Baru, kemudian diputuskan pasien ini harus atau tidak mengikuti tindakan IVF," jelas Aida di Depok, beberapa waktu lalu.

Dalam proses IVF, kata dia, dimulai dengan pemeriksaan pada hari kedua atau ketiga menstruasi istri. Setelahnya, akan dilakukan proses stimulasi sel telur (folikel) melalui pemberian obat-obatan atau suntikan. Stimulasi ini untuk memperbesar folikel dan umumnya memerlukan waktu sekitar dua pekan.

"Pada saat folikelnya berukuran paling tidak 18 milimeter (mm) dan jumlahnya minimal tiga folikel, lalu kita lakukan pematangan akhir," sambungnya. Pematangan akhir berlangsung selama 36 jam.

Proses berikutnya adalah ovum pick up (OPU) atau pemetikan telur untuk dilakukan pengamatan telur yang bagus untuk dilakukan intracytoplasmic sperm injection (ICSI) atau penyuntikan sperma ke sel telur. Aida mengatakan, perlu waktu sekitar 16 jam untuk mengetahui apakah pembuahan berhasil terjadi setelah ICSI dilakukan.

Keesokan harinya dilakukan evaluasi terhadap embrio yang terbentuk pada tahap blastocyst dalam dua sampai lima hari sejak ICSI. Jika terdapat embrio yang berkualitas bagus (excelent), baik (good), kurang baik (poor) maka yang kategori bagus dan baiklah yang ditanam (embryo transfer-ET), biasanya pada hari kelima.

Sedangkan, jika embrionya sedikit dan kualitas kurang maka proses transfer biasa dilakukan pada hari ketiga. "Kita lakukan transfer pada hari ketiga, keempat, atau kelima, tergantung jumlah embrio dan kualitas yang dimiliki," ujar Aida.

Dua pekan setelah proses ET, lanjut Aida, perlu dilakukan pengecekan darah untuk melihat kadar beta-HCG dan juga hormon progesteron. Pengecekan ini untuk menentukan apakah embrio yang ditransfer berhasil menempel atau tidak pada dinding rahim ibu.

Selama program IVF dilakukan, tidak ada keharusan bagi pasien untuk istirahat di tempat tidur (bedrest). Dari penelitian, kata dia, angka keberhasilan IVF pada pasien dengan dan tanpa bedrest tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna.

Namun, salah satu yang menunjang keberhasilan IVF adalah menjaga pasien agar tidak mengalami stres. Jika pasien rileks dengan beristirahat di rumah, hal itu dapat dilakukan. "Kalau rileks dengan bekerja, silakan bekerja. Paling, dia butuh istirahat di hari OPU dan ET saja," jelas Aida.

Pada dasarnya, penanganan pasien yang stres dapat dilakukan selama masa konseling dengan dokter yang menangani. Tapi, tidak menutup kemungkinan diperlukan penanganan lebih dari psikolog dalam kasus tertentu.

Terkait makanan dan pola hidup, menurutnya, tidak ada ketentuan spesifik yang perlu dilakukan pasien untuk menunjang keberhasilan IVF. Pasien hanya perlu menerapkan pola makan dan pola hidup yang sehat serta seimbang.

Faktor penunjang keberhasilan

Selain mengelola stres, ada tiga faktor lain yang juga perlu diperhatikan demi menunjang keberhasilan bayi tabung. Spesialis Obstetri dan Ginekologi sekaligus pendiri SMART IVF Dr dr Budi Wiweko SpOG(K) mengatakan, ketiga faktor tersebut ialah kualitas embrio, kualitas dinding rahim, dan teknik ET.

Dia mengatakan, kualitas embrio bergantung pada kualitas sperma dan sel telur. Kualitas sel telur bergantung pada usia pasien. Semakin muda usia pasien, semakin baik pula tingkat keberhasilan IVF. "Usia 42 tahun ke atas sudah sulit untuk hamil," jelas Budi.

Karena itu, Budi mendorong agar pasangan suami-istri yang mengalami masalah infertilitas untuk segera memeriksakan diri. Infertilitas dapat dicurigai saat pasangan suami-istri sudah menikah selama 12 bulan dan melakukan hubungan seksual teratur tanpa kontrasepsi, tapi tidak kunjung hamil. Dengan diagnosis yang dini, kata dia, peluang keberhasilan akan semakin besar.

Faktor kedua, yaitu kualitas dinding rahim yang dapat menurun jika terdapat kista cokelat. "Hal-hal itu yang kita screen sebelum pasien mengikuti bayi tabung," tambah Budi.

Faktor ketiga adalah teknik ET. Budi mengatakan, embrio dan dinding rahim dengan kualitas baik tidak akan berhasil jika ditanam dengan teknik yang salah.

Pada dasarnya proses IVF tidak memerlukan banyak waktu dan syarat tertentu, seperti istirahat total sepanjang waktu kehamilan. Proses ini bisa diselesaikan dalam dua pekan dan pasien cukup melakukan bedrest dua hari setelah ET. "Karena embrio tidak akan keluar dari rahim ketika sudah ditanam. Sangat aman," jelas Budi.

Dalam beberapa kasus, seperti masalah pada sel sperma pada suami (severe oligospermia atau azoospermia), kata dia, proses IVF merupakan pilihan. Bahkan, lanjutnya, IVF jadi pilihan pertama yang dapat memberi harapan bagi pasangan untuk memiliki keturunan.       rep: Adysha Citra Ramadani, ed: Dewi Mardiani

Peluang Keberhasilan IVF

Usia            Keberhasilan

< 35 tahun        50-60 persen

35-37 tahun        30-40 persen

> 37 tahun        20-30 persen

> 40 tahun        10-15 persen

Sumber: Dr dr Budi Wiweko SpOG(K)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement