Kamis 22 Dec 2016 05:04 WIB

Dewi Rosita, Guru SD Bergelar Doktor Pertama di Bekasi

Rep: Kabul Astuti/ Red: Damanhuri Zuhri
Siswa Sekolah Dasar (ilustrasi)
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Siswa Sekolah Dasar (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Semangat Dewi Rosita (49 tahun) menuntut ilmu seolah tak ada putusnya. Ia terbilang sosok guru yang langka. Meski hanya mengajar siswa-siswi sekolah dasar (SD), Dewi menempuh pendidikan sampai jenjang S-3.

Dewi Rosita adalah guru Sekolah Dasar pertama dan satu-satunya di Kota Bekasi yang bergelar doktor. Perempuan kelahiran Bandung, 5 Maret 1967, ini mengungkapkan motivasinya melanjutkan meraih gelar doktor, di tengah kesibukan mengajar dan mengurus keluarga.

"Saya memang ingin meningkatkan kapasitas, kapasitas diri sebagai seorang guru kan tidak cukup hanya belajar dengan ilmu-ilmu yang sudah lalu," kata Dewi Rosita kepada Republika, Rabu (21/12).

Ia ingin memotivasi diri sendiri dan anak didiknya bahwa menuntut ilmu tidak mengenal usia. Minimal bisa memberikan contoh kepada anak-anak didik tentang pentingnya pendidikan. Anak didik akan berwawasan luas, lanjut Dewi, akan terlahir jika gurunya juga mempunyai wawasan luas.

Dewi memulai karirnya sebagai guru Sekolah Dasar tahun 1990. Lulusan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) II Bandung ini pertama kali mengajar di SD Negeri Perwira 3 Kota Bekasi. Sembari mengajar, ia berinisiatif melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 dan lulus tahun 2004.

Dewi memanfaatkan bantuan sertifikasi dari pemerintah untuk meningkatkan kapasitas diri melalui pendidikan. "Saya pertama kali menjadi guru waktu itu belum sarjana. Saya pengangkatan dari SPG Negeri II Bandung, kemudian saya ikut kuliah S1 jurusan bahasa di STKIP Siliwangi," kata Dewi.

Tak puas hanya meraih gelar sarjana, ia melanjutkan kuliah S-2 Manajemen Pendidikan di salah satu universitas swasta di Jakarta dan lulus tahun 2007. Lima tahun kemudian, Dewi kembali melanjutkan S-3 prodi Administrasi Pendidikan di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung tahun 2012.

Seiring tingkat pendidikan yang dia tempuh, karirnya pun ikut menanjak. Berawal dari guru prestasi tahun 2007, Dewi dipromosikan menjadi kepala sekolah melalui serangkaian tes kecakapan tahun 2008. Satu windu menjadi kepala sekolah, tahun 2016 dia kembali lagi menjadi guru dan ditempatkan di SD Negeri Kalibaru II Medan Satria.

Ibu dua anak ini lulus jenjang doktoral program studi Administrasi Pendidikan UPI Bandung November 2016. Ia pun menyelesaikan sebuah disertasi tentang pengaruh kompetensi, kompensasi, motivasi, dan komitmen terhadap kinerja kepala sekolah SD Negeri di Kota Bekasi.

Dewi memaparkan, disertasi tersebut meneliti pengaruh kompetensi kepala sekolah dalam mewujudkan sekolah bermutu. Ia juga membahas kompensasi bagi kepala sekolah yang berhasil meningkatkan sekolah menjadi sekolah bermutu, serta motivasi dan komitmennya terhadap peningkatan mutu sekolah dasar negeri di Kota Bekasi.

"Dengan disertasi saya ini, diharapkan kepala SD Negeri di Kota Bekasi bisa menghasilkan sekolah-sekolah yang berkualitas. Yang goal-nya, peningkatan kualitas siswa atau peserta didik," ucap Dewi.

Ia pernah meraih penghargaan sebagai kepala sekolah berprestasi tingkat Kota Bekasi pada 2010 dan 2012, serta nominasi lima besar kepala sekolah berprestasi di tingkat provinsi Jawa Barat.

Kedua putra-putrinya menjadi salah satu alasan dan motivasi Dewi menempuh pendidikan sampai jenjang S-3. Ia ingin memotivasi anak-anaknya untuk merengkuh pendidikan setinggi-tingginya.

Hal itu terbukti. Seperti yang Dewi tuturkan, putri sulungnya, Shella Audini, mendapatkan beasiswa kuliah di Universitas Rennes II Perancis, sedangkan si bungsu kuliah di Fakultas Perikanan, Universitas Padjajaran Bandung.

"Suami sangat mendukung saya. Memang saya terlahir dari keluarga guru, sehingga keluarga saya, adik-adik saya, semua terus lanjut sekolahnya," tutur perempuan yang hobi traveling, membaca, dan menyanyi ini. Bersama keluarga, Dewi Rosita kini tinggal di Kelurahan Perwira, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi.

Dewi mengajak kaum perempuan supaya jangan pernah puas dalam menuntut ilmu. Menurut Dewi, seorang ibu harus cerdas karena anak cerdas terlahir dari ibu yang cerdas.

Ibu mana pun, tidak memandang status sosial ekonomi, baik pendidikan formal maupun non formal, harus punya talenta agar anak-anak ke depan menjadi anak-anak yang percaya diri dalam mengarungi kehidupan.

"Pendidikan itu sangat dibutuhkan oleh seorang anak. Anak cerdas itu terlahir dari ibu yang cerdas. Cerdas itu tidak saja berasal dari pendidikan formal, bisa juga dari non formal. Itu membutuhkan ibu-ibu yang berkualitas," tutur Dewi Rosita.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement