Rabu 21 Dec 2016 08:24 WIB

Deteksi Dini Kanker Usus Besar dengan Kolonoskopi

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Dwi Murdaningsih
Kanker usus besar.
Foto: Kankerususbesar.com
Kanker usus besar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kanker kolon atau usus besar merupakan salah satu jenis kanker yang paling banyak menyebabkan kematian di tengah masyarakat. Kanker ini bisa terdeteksi sejak dini melalui pemeriksaan kolonoskopi sehingga pasien dapat memiliki harapan hidup yang lebih baik.

Spesialis penyakit dalam dari Siloam Hospitals TB dr Epistel P Simatupang SpPD KGEH FINASIM FPCP FACP mengatakan skrining kanker usus besar sebaiknya sudah dilakukan pria dan wanita yang telah menginjak usia 50 tahun ke atas. Sedangkan untuk kelompok berisiko yang memiliki riwayat kanker di keluarga, disarankan melakukan skrining di usia yang lebih muda yaitu 40 tahun.

Skrining kanker usus besar bisa diawali dengan tes fecal occult blood test (FOBT) terlebih dahulu. Jika hasil FOBT positif, maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut melalui kolonoskopi. Kolonoskopi pada dasarnya merupakan salah satu jenis endoskopi untuk memeriksa ketidaknormalan pada saluran cerna bagian bawah di mana salah satunya ialah usus besar.

"Akurasinya di atas 90 persen," ujar Epistel saat ditemui dalam diskusi kesehatan di Siloam Hospitals TB Simatpang, Jakarta.

Dengan resolusi gambar yang tajam, Epistel mengatakan pemeriksaan kolonoskopi memungkinkan dokter untuk melihat adanya polip mencurigakan yang mungkin menjadi 'bibit' dari kanker usus besar di masa depan. Jika polip ditemukan, maka dokter bisa segera melakukan tindakan polipektomi untuk mencabut polip tersebut.

"Umumnya kanker usus ini bermula dari polip. Kalau saat kolonoskopi ketemu polit, cabut," ujar Epistel.

Di sisi lain, jika kolonoskopi menunjukkan hasil positif adanya kanker usus besar, maka tindakan selanjutnya yang perlu dilakukan ialah biopsi dan terapi ataupun operasi tergantung kondisi pasien. Sedangkan jika kolonoskopi menunjukkan hasil negatif, Epistel mengatakan pemeriksaan ulang bisa dilakukan 5-10 tahun kemudian sebagai upaya pencegahan.

"Kalau risiko rendah bisa 10 tahun lagi, tiap dokter punya otoritas untuk menentukan berapa tahun (mengulang kolonoskopi) tergantung faktor risiko," kata Epistel.

Epistel mengatakan kolonoskopi merupakan salah satu tindakan yang relatif lebih sederhana dan lebih memberikan kenyamanan pada pasien. Tanpa persiapan yang rumit dan waktu yang tidak terlalu lama, ada banyak hal yang bisa dilakukan seperti memeriksa hingga melakukan beberapa tindakan demi kesehatan saluran cerna bawah pasien.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement