Rabu 14 Dec 2016 04:44 WIB

Studi: Kebahagiaan Lebih Efektif Tanggulangi Kemiskinan

Rep: Santi Sopia/ Red: Nur Aini
Bahagia (ilustrasi)
Bahagia (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,LONDON -- Kebahagiaan seseorang tak hanya dilihat dari ukuran materi. Menurut studi terbaru dari tim peneliti di London School of Economics (LSE), dilansir Guardian, Rabu (14/12), kebanyakan kesengsaraan manusia justru seringkali diakibatkan hubungan yang gagal atau berkaitan dengan masalah penyakit fisik dan atau mental yang diderita.

"Menghilangkan depresi dan kecemasan akan mengurangi penderitaan 20 persen dibandingkan hanya 5 persen jika pembuat kebijakan (pemerintah) hanya fokus pada menghilangkan kemiskinan," tulis studi tersebut.

Richard Layard, yang memimpin penelitian itu mengatakan, rata-rata manusia tidak merasa bahagia dalam 50 tahun terakhir, meskipun rata-rata pendapatan mereka naik lebih dari dua kali lipat.

Seorang ekonom dan mantan penasihat Tony Blair itu mengatakan, dalam studi Origins of Happiness itu menunjukkan korelasi kepuasan masyarakat dengan kehidupan. Para peneliti menganalisis data dari empat negara termasuk Amerika Serikat dan Jerman.

"Menangani depresi dan kecemasan akan menjadi empat kali lebih efektif sebagai penanggulangan kemiskinan," kata peneliti.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement