Senin 28 Nov 2016 10:21 WIB

Hong Kong Terbuka dan Robohnya 'Tembok Cina' di Bulu Tangkis

Liliyana Natsir dan Tontowi Ahmad pada Final ganda campuran Olimpiade Rio 2016, Rabu (17/8).
Foto: Mark Humphrey/AP Photo
Liliyana Natsir dan Tontowi Ahmad pada Final ganda campuran Olimpiade Rio 2016, Rabu (17/8).

Setelah hampir satu dekade kekuatan bulu tangkis Cina merajai dunia, kini ternyata kekuatan mereka yang dulu begitu ditakuti  memudar. Bahkan sepanjang tahun 2016, bisa dikatakan mereka tak lagi mampu 'menggenggam dunia'. Isyarat ini makin kentara dalam ajang Piala Thomas Cup di bulan Mei silam, yang mana secara memalukan tim Cina tak mampu melewati babak semi final. Ini merupakan corengan arang hitam di wajah tim Cina, karena baru pertama kali terjadi dalam 37 tahun terakhir.

Tragedi itu berlanjut, pada ajang Olimpiade di Brasil beberapa bulan silam. Untuk pertama kali semenjak olah raga bola tepok ini dipertandingkan di Olimpiade, Cina hanya bisa membawa pulang hanya sekeping medali emas. Tradisi ini jelas memalukan dan membuat ribut media massa Cina. Pelatih Cina Li Yong Bo yang dalam beberapa kesempatan kerap mengatakan bahwa sedang terjadi jeda regenerasi, ramai-ramai dituntut mundur.

Namun, Li Yong Bo yang dulu merupakan pemain ganda dengan patnernya Tia Bingyi, memilih bergeming seraya menyatakan apa yang kini dialaminya juga sempat terjadi di negara raksasa bulu tangkis lainnya, seperti Indonesia. Maka hal itu dianggap hal yang normal belaka.

"Kami sekarang merasakan apa yang juga dirasakan Indonesia,'' kata Li seraya mengatakan sudah wajar terkadang semua pihak ada pada posisi lemah atau kuat. Indonesia, lanjut Li, sebelumnya menjadi negara kuat, dan demikian dengan Denmark. "China pun telah bangkit, tapi pada akhirnya sang juara akan pensiun dan generasi selanjutnya akan muncul perlahan,'' katanya kepada Reuters.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement