Jumat 18 Nov 2016 20:55 WIB

Festival Budaya UMM Usung Kekayaan Nusantara

Rep: Christyaningsih/ Red: Yudha Manggala P Putra
 Kampus Universitas Muhammadiyah Malang
Foto: Republika/Erik Purnama Putra
Kampus Universitas Muhammadiyah Malang

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Kekayaan khazanah budaya nusantara menjadi perhatian khusus bagi Lembaga Kebudayaan (LK) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Melalui Festival Seni Budaya Nusantara yang digelar dua hari (18-19/11) di UMM Dome, UMM hendak memberi penegasan, kekayaan seni dan budaya negeri ini semestinya bisa menjadi media memperkuat karakter kebangsaan.

Beberapa kegiatan pada festival ini di antaranya apresiasi puisi warisan budaya, apresiasi naskah kuno (heritage), apresiasi wayang potehi, apresiasi fotografi warisan budaya dan apresiasi seni tari tradisional Indonesia. Beberapa lomba juga turut digelar di antaranya lomba fotografi budaya, serta lomba tari dan karawitan. Festival ini juga melibatkan mahasiswa untuk pendirian bazar kebudayaan.

Direktorat Jendral (Dirjen) Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI Hilmar Farid yang turut hadir dalam festival ini mengatakan, kebudayaan tak hanya tentang menari dan menyanyi. Kebudayaan bermakna luas sebagai warisan kultural yang harus dilestarikan.

“Kebudayaan adalah salah satu wujud praktek pembangunan Indonesia. Bahkan, seharusnya kebudayaan menjadi hulu dari pembangunan negara ini,” jelas sejahrawan dan pengkaji kebudayaan tersebut dalam pembukaan Festival Seni Budaya, Jumat (18/11) di UMM.

Wakil Rektor I UMM Syamsul Arifin mengatakan, festival ini diadakan sekaligus sebagai bentuk partisipasi UMM dalam rangka semarak Milad Muhammadiyah ke-104. Hal itu juga sejalan dengan semangat dakwah kultural Muhammadiyah yang pro-kebudayaan.

“Kebudayaan dan seni adalah bagian dari bermuamalah. Itu juga tertera dalam putusan Majelis Tarjih Muhammadiyah yang menjadikan budaya dan seni sebagai dakwah kultural Muhammadiyah,” jelas dosen Fakultas Agama Islam (FAI) UMM ini.

Syamsul menyebutkan, UMM sangat terbuka terhadap persoalan kebudayaan. “Kita harus melek budaya, tidak boleh menutup diri, karena Indonesia memiliki khazanah kebudayaan yang sangat luas,” jelas Syamsul. Hingga kini, UMM juga giat menyelenggarakan Malam Apresiasi Seni dan Budaya (Maksidaya) yang rutin diadakan tiga bulan sekali.

Senada dengan itu, Kepala LK UMM Tri Sulistyaningsih lebih lanjut menjelaskan, budaya Indonesia saat ini tengah mencari jati dirinya. Karenanya, festival ini hadir untuk memperkuat karakter kebangsaan tersebut. “Dengan rentetan acara yang sudah dikonsep panitia, besar harapan kami LK UMM dapat memperteguh kepribadian budaya Indonesia, khususnya bagi mahasiswa UMM sendiri,” jelasnya.

Saat ini, papar Tri, sudah banyak penggiat seni yang mulai bermunculan untuk meneguhkan budaya nusantara. “Kita sangat peduli untuk meningkatkan peradaban melalui kebudayaan. Kehadiran lembaga ini (Lembaga Kebudayaan/LK) merupakan salah satu bentuk kepedulian UMM pada budaya,” jelas dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement