'Salah Kurikulum Pendidikan Ciptakan Pengangguran Baru'

Senin , 07 Nov 2016, 14:59 WIB
Pengangguran (ilustrasi)
Pengangguran (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Ketua DPR RI Ade Komarudin mewanti-wanti agar kurikulum pendidikan mampu mencetak generasi yang profesional dan unggul. Menurutnya kurikulum pendidikan yang tidak mampu menerjemahkan kebutuhan zaman hanya mencetak pengangguran baru.

 

Pernyataan tersebut dia sampaikan saat memberi sambutan di acara Peletakan Batu Pertama Pembangunan Pesantren tahap II (lanjutan) SMP dan SMK Multimedia dan Panti Yatim Berprestasi Yayasan Benteng Madani, di Purwakarta, Sabtu (5/11).

 

"Jangan sampai pendidikan malah membuat mengganggur, tidak siap masuk dunia kerja, karena secara profesional diragukan. Kita akan kaji dengan benar kebutuhan pasar itu," kata Akom, sapaan akrab Ketua DPR.

 

Akom menjabarkan, Kabupaten Purwakarta memiliki potensi yang besar, di daerah ini banyak perusahaan dan investor asing. Sekolah yang dibangun Akom dan keluarga bekerja sama dengan para rekan-rekanya adalah lembaga pendidikan vokasional yang berbasis pada tradisi pesantren.

Pendidikan vokasional merupakan penggabungan antara teori dan praktik secara seimbang dengan orientasi pada kesiapan kerja lulusannya. Kurikulum dalam pendidikan vokasional, terkonsentrasi pada sistem pembelajaran keahlian (apprenticeship of learning) pada kejuruan-kejuruan khusus (specific trades).

 

"Pendidikan vokasional tetapi berbasiskan pesantren, dan bagi yatim tentu tidak dipungut bayaran sampai sekolah menengah atas kejuruan. Diajarkan juga bahasa sesuai kebutuhan, bahasa Korea harus, karena investor Korea cukup banyak, kemudia juga Jepang, bahasa Inggris tentu harus, dan juga Arab, karena itu pesantren," kata Akom.

 

Saat acara peletakan batu pertama, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi juga turut serta menghadiri acara tersebut, dia menjelaskan saat ini mayoritas masyarakat purwakarta adalah kelas menengah. Hal ini ditopang dengan potensi perindusterian yang ada di Purwakarta.

 

Senada dengan Akom, Dedi pun akan mencetak dan mendukung sistem pendidikan yang menguatkan aplikasi. Menurutnya, teori dalam sekolah kejuaruan cukup dua tahun saja, selepas itu aplikasi lewat magang. Dia akan menjadikan industri yang ada di Purwakarta menjadi tempat magang para siswa.

 

 

Sumber : pemberitaan DPR