Ahad 06 Nov 2016 08:01 WIB

Portugis, Belanda, dan Inggris Dulu Berebut Teluk Jakarta

Suasana pulau hasil reklamasi di Teluk Jakarta, Jumat (23/9).
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Suasana pulau hasil reklamasi di Teluk Jakarta, Jumat (23/9).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Alwi Shahab

Dari atas Menara Syahbandar setinggi 30 meter di Sunda Kelapa, Pasar Ikan, Jakarta Utara, tampak puluhan kapal Phinisi bersandar. Ratusan kuli keluar masuk kapal mengangkut kayu dari berbagai daerah untuk menyuplai kebutuhan Ibu Kota.

Menatap ke bawah yang jaraknya hanya 10 meter, tampak kesibukan di Pasar Ikan, pasar tempo doeloe, yang kemudian dibangun permanen pada 1920. Di pasar ini terdapat ratusan pedagang menjual perlengkapan nelayan, seperti jala, pelampung, sero, dan alat pancing.

Di depan pasar yang tampak kumuh itu berdiri dengan megah Museum Bahari yang pada masa VOC lebih dari 300 tahun lalu digunakan sebagai gudang rempah-rempah, seperti cengkeh, pala, dan lada. Dulu gudang VOC ini letaknya di tepi laut. Tapi, kini dibatasi oleh daratan berupa jalan raya di tepi pasar. Sunda Kelapa yang dibangun Gubernur Jenderal JP Coen pada 1619, yang saat itu luasnya tidak lebih dari empat hektare, merupakan cikal-bakal dari Kota Jakarta yang metropolis dengan penduduk belasan juta jiwa.

Semua aktivitas di Pasar Ikan itu kini tidak ada lagi pascadibongkar Pemprov DKI Jakarta. Penggusuran Pasar Ikan dan permukiman nelayan dilakukan karena adanya reklamasi Teluk Jakarta.

Di lahan yang pada abad ke-16, 17, 18, dan 19 pernah diperebutkan Portugis, Belanda, dan Inggris, akan direklamasi lahan sekitar 200 hektare (jika program yang dibuat pertengahan 1990-an itu dilaksanakan). Lahan seluas itu merupakan bagian dari 2.700 hektare yang akan direklamasi di jalur Pantura Jakarta.

Dengan reklamasi itu daratan Jakarta luasnya akan bertambah sepanjang 32 km dengan lebar 1,5 km. Penambahan lahan ini akan mempengaruhi Sunda Kelapa. Akankah Sunda Kelapa tak lagi berada di tepi pantai? Atau nantinya akan berada di daratan, jauh dari pantai? Hal ini berarti bentuk daratan pantura di masa datang akan menjorok jauh ke tengah laut.

Seorang staf di Pemprov DKI mengatakan, untuk pengurukan dibutuhkan material 300 juta meter kubik. Langkah itu untuk membuat lokasi reklamasi lebih tinggi dari permukaan air laut. Konon, di kawasan tersebut akan dibangun sejumlah hotel berbintang, tempat rekreasi, pertokoan, dan berbagai tempat hiburan bertarap internasional lainnya.

Bahkan, ketika proyek ini digulirkan ketua bapeda kala itu (sebelum krisis moneter 1997), Ir Budihardjo Sukmadi, menyatakan jika reklamasi pantura terwujud Jakarta akan menyamai kota-kota pantai terbaik di dunia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement