Rabu 02 Nov 2016 11:00 WIB

Pantang Menyerah, Vespa Andalan, dan Utamakan Keluarga

Red:

 

Republika/Rakhmawaty La'lang 

 

 

 

 

 

 

 

 

Jika menyaksikan perusahaan sekaliber PT Astra International Tbk pada saat ini, tentu banyak orang akan berdecak kagum. Astra International telah merajai sejumlah bisnis di Indonesia. Dari otomotif, perkebunan, pertambangan, asuransi, perbankan, hingga yang terbaru properti.

Korporasi yang didirikan William Soerjadjaja itu berkembang pesat, bak meteor. Sejumlah anak perusahaannya pun kini mulai menggurita.

Itu semua karena usaha yang dijalankan William itu selalu mengedepankan kejujuran, transparansi, dan penuh dengan rasa kekeluargaan. Tapi, tahukah siapa penyokong dari besarnya bisnis Astra International itu? William memang orangnya.

Namun, di balik kesuksesan yang dicapai William, tak lepas dari kontribusi besar yang dilakukan Mochamad Thohir atau biasa disapa dengan Teddy Thohir. Ya, pria kelahiran Gunung Sugih, Lampung Tengah, pada 5 Maret 1935 itu berandil besar dalam memulai perkembangan bisnis Astra.

"Om William (sapaan Teddy Thohir kepada William Soerjadjaja), ketika mengajak saya, saat itu Astra belum punya apa-apa. Ketika saya tanya, Om, kita mau usaha apa, sebab waktu saya ke Astra, ternyata belum ada apa-apa. Kantor pun cuma satu ruangan," ujar Teddy Thohir saat berbincang dengan Republika menjelang usianya yang ke-80, di kediamannya, Patra Kuningan, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Dari ketiadaan itulah, menurut Teddy, dirinya diminta William untuk terjun langsung ke instansi-instansi pemerintah dalam menawarkan barang dan jasa. "Hampir setiap hari, saya jalan ke departemen-departemen, menanyakan kepada mereka, sedang memerlukan apa, kami siap mencari dan membelikan barang yang dibutuhkan," ujarnya.

Teddy menambahkan, "Ketika ada tender, kita ikut. Pokoknya apa saja, kita ikut sebab kita memang belum punya apa-apa, tapi kita siap melayani. Jadi, alhamdulillah, saya turut membesarkan Astra, yang awalnya belum punya apa-apa, dan sekarang sudah berkembang semakin luas."

Tak hanya instansi pemerintah, lembaga perbankan pun dia datangi untuk mencari tambahan modal. Terkadang perbankan meragukan bisnisnya sehingga tak memberi pinjaman modal.

Namun, Teddy tak putus asa. "Hampir setiap hari saya tongkrongin bank itu. Sampai-sampai direkturnya menanyakan, 'Mau ngapain ke sini?' Saya jawab, 'Kami butuh modal untuk mengembangkan usaha'. Dan bank kemudian menanyakan, 'Barang apa yang sedang dikembangkan?' Jika prospek, baru diberi pinjaman. Jika dianggap tidak cocok, mereka juga enggan memberi pinjaman modal," katanya menjelaskan.

Ada satu kenangan yang tak bisa dilupakan Teddy Thohir dalam membangun Astra International bersama William. Sepeda motor vespa. Ya, vespa menjadi andalan Teddy Thohir mengelilingi Kota Jakarta, mendatangi instansi pemerintah, menawarkan barang dan jasa. Juga menyambangi pemilik modal seperti perbankan agar diberikan pinjaman untuk mengembangkan usaha.

"Vespa menjadi kenangan indah dalam membangun Astra. Ke mana-mana selalu naik vespa. Terkadang berboncengan dengan Om William," ujar ayah dari Hireka Vitaya, Garibaldi Thohir, dan Erick Thohir ini mengenang. Dari kebiasaan bersilaturahim dan berusaha yang tak kenal lelah, perlahan-lahan, kepercayaan terhadap Astra International semakin tumbuh. Hasilnya, usaha mereka pun berkembang hingga seperti saat ini.

"Saya beruntung mengenal dan bekerja sama dengan Om William hingga dipercaya membangun Astra sejak awal," katanya. Karena itu pula, tanpa ragu, Teddy meminta anak-anaknya (Rika, Boy, dan Erick) untuk meniru dan mengikuti jejak usaha yang dikembangkan William.

"Om William adalah seorang pengusaha yang ulet, tekun, dan punya visi besar. Beliau adalah salah satu tokoh yang sangat saya hormati dan kagumi dalam berbisnis," katanya. Sejumlah hal ditiru langsung oleh Teddy dari William.

Soal kedisiplinan, keterbukaan, kesetiakawanan dan kebersamaan, serta kejujuran. Hal itu pun dia ajarkan kepada ketiga putra dan putrinya.

"Soal kejujuran, itu modal utama dalam berusaha. Jika tidak jujur, jangan harap bisnis akan berjalan dengan baik. Percuma mendapatkan rezeki berlimpah, tapi didapat dengan cara yang tidak jujur," kata Teddy tentang salah satu prinsipnya.

Keluarga Nomor 1

Anak-anaknya (Rika, Boy, dan Erick) juga mengakui soal keteguhan prinsip orang tuanya itu. Salah satunya, soal keluarga. Money is everything, but family is number one. "Uang memang segala-galanya, tapi keluarga tetap yang paling utama," ujarnya.

Karena itu pula, dalam setiap kesempatan, sepulang dari kerja atau pada saat libur, Teddy senantiasa menyempatkan diri untuk selalu bersama-sama dengan keluarganya. Ia akan bercengkerama dengan istri dan anak-anaknya, serta mendengarkan semua keluh-kesahnya.

Bagi Teddy, sehebat apa pun seseorang, dia tak akan pernah berhasil atau sukses, tanpa dorongan dan dukungan dari keluarga besarnya. Karena itu, perhatian terhadap keluarganya merupakan hal nomor satu. "Usaha harus tetap berjalan, tapi keluarga harus tetap terjaga dan terpelihara. Keluarga harus utuh. Buat apa kerja sukses, tapi keluarganya berantakan dan hancur. Semua yang dihasilkan percuma dan sia-sia," kata Teddy menegaskan.

Saat ini, berkumpul bersama keluarga setiap akhir pekan sudah menjadi tradisi di keluarga Teddy Thohir. "Selama masih ada di Jakarta, atau di Indonesia, kami harus kumpul. Jika tidak bisa, istri atau anak-anak tetap hadir," kata Boy Thohir kepada Republika.

Teddy tidak ingin tradisi kumpul bersama keluarga itu pudar hanya karena kesibukan berbisnis. "Prinsipnya, keluarga adalah yang utama dan nomor satu," ujar suami dari Edna Thohir itu.

Sang istri menambahkan, semua anggota keluarga harus saling memahami dan menghargai. "Biar mereka satu keluarga yang utuh dan selalu dekat dengan yang lain," ujar Edna.

Untuk meneruskan tradisi kumpul bersama keluarga itu, Teddy menunjuk putranya Boy sebagai penerusnya, pelindung, sekaligus kepala rumah tangga sepeninggalnya. "Rika kakaknya, dan Erick sebagai adik, karena saya sudah menunjuk Boy untuk membantu keluarga, mengurusi adik dan kakaknya. Yang lain nggak boleh iri. Mereka harus patuh pada Boy. Dan saya meminta Boy mengarahkan seluruh keluarganya, mengarahkan adiknya dan kakaknya, ke jalan yang benar," ujarnya.

Kini, pria kebanggaan keluarga Thohir, perintis bisnis keluarga yang terus berkembang, seperti TNT Group, Wahana Artha, dan sejumlah kelompok usaha lainnya, telah pergi pada Selasa, 1 November 2016. Ia meninggalkan dunia fana ini untuk selama-lamanya.

Untuk anak-anaknya, ada sejumlah pesan yang dititahkan Teddy Thohir. "Jangan lupa selalu berdoa dan dekat dengan Tuhan. Berbisnislah dengan cara yang halal dan jujur, bersikaplah rendah hati, jangan sombong, dan iri dengki," ujar Teddy. "Berteman, berbisnis, dan bergaul dengan siapa pun, tidak boleh licik dan harus jujur," kata sang ibu menegaskan.

Boy, selaku penerus kepala keluarga, juga saudara-saudaranya, akan mengenang kepergian sang ayah dengan satu doa. Ayahnya selalu disayang dan didoakan banyak orang. Ia berencana akan membangun sebuah masjid untuk sang ayah. "Doakan, semoga bisa segera terealisasi," ujar Boy.

Selamat jalan Ayah Teddy. Selamat jalan Opa, selamat jalan. Semoga Allah meridhaimu dan menempatkanmu dalam surga-Nya. Aamiin.      Oleh Syahruddin El-Fikri, ed: Muhammad Iqbal 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement