Rabu 26 Oct 2016 12:11 WIB

Arief Yahya Beberkan Solusi Penerbangan untuk Gaet Wisatawan

Arief Yahya (Ilustrasi)
Foto: Republika/ Rendra Purnama
Arief Yahya (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Pariwisata Arief Yahya mempopulerkan rumus 3A untuk Pengembangan Destinasi Pariwisata. Tiga ukuran untuk menilai kesiapan sebuah destinasi untuk dipromosikan, yakni Atraksi, Akses dan Amenitas. Di rapat pimpinan, Selasa (25/10), dia juga membedah Akses atau Aksesibilitas dengan pisau indikator 3A juga. Tiga A untuk Akses itu adalah Airlines, Airports, dan Authority.

Dia mengatakan program prioritas Kemenpar tahun 2017  mencakup tiga inisiatif utama yaitu digitalisasi, pengembangan amenitas dengan membangun homestay secara massal, dan pembenahan aksesibilitas udara (3A: Airlines, Airports, Authorities).  Untuk yang pertama, soal aksesibilitas udara adalah PR pertama yang harus dituntaskan.

"Visi mendatangkan 20 juta wisman hanya sekedar mimpi belaka jika kita tidak mampu menyelesaikan masalah aksesibilitas udara di tahun 2017," ujar dia.

Dia menyebutkan sekitar 75 persen wisman yang datang ke Indonesia melalui udara (air connectivity). Sisanya 24 persen lewat laut terutama menggunakan ferry dan sebagian kecil menggunakan cruise dan yacht. Sementara itu hanya 1 persen wisman masuk lewat darat.

Celakanya, wisman yang masuk dari pasar utama wisman sebagian besar masih melalui transit, bukan direct flight. Padahal wisatawan pasti menginginkan datang ke berbagai destinasi yang ditawarkan secara langsung.

Ambil contoh untuk originasi Cina, hanya 38 persen penumpang dari negara ini yang direct fligh ke Indonesia, sisanya lewat transit. Kita masih tertinggal jauh dari negara-negara tetangga pesaing kita. Dari Cina ke Malaysia misalnya, 78 persen sudah direct flight, ke Thailand 81 persen dan Singapura 86 persen. Secara kasar posisi kita dibandingkan negara-negara tersebut 40 persen lawan 80 persen.

Sebelum masuk pembahasan lebih jauh mari kita melihat kemampuan seat capacity dari penerbangan internasional kita saat ini dan kemudian melakukan perhitungan proyeksi kebutuhan seat hingga tahun 2019. "Dari perhitungan itu kita akan akan tahu berapa gap kecukupan seat dan dari situ kita bisa menyusun strategi efektif untuk closing the gap dan memecahkannya," kata dia.

Berdasarkan data dari Airport Intelligence Services/IATA, tahun ini seat capacity penerbangan internasional kita mencapai 19,5 juta. Jumlah seat sebanyak itu rupanya hanya efektif untuk mendatangkan wisman sebanyak 12 juta. Nah, kalau di tahun 2019 kita punya target mendatangkan 20 juta wisman, maka setidaknya kita harus menyediakan 30 juta seat penerbangan internasional. Artinya, selama tiga tahun ke depan kita harus menambah 10,5 juta seat lagi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement