Senin 24 Oct 2016 16:36 WIB

Ini yang Dilakukan Kemenristek Kurangi Pengangguran

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Dwi Murdaningsih
Menristek Dikti Mohamad Nasir
Foto: Antara
Menristek Dikti Mohamad Nasir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi berupaya menciptakan guru produktif sehingga dapat menghasilkan lulusan pendidikan vokasi yang berkompetensi dan dibutuhkan dunia kerja. Sebab selama ini pendidikan vokasi justru dinilainya belum menghasilkan tenaga kerja yang terampil dan profesional.

"Saya ingin melihat guru yang bisa menghasilkan lulusan vokasi di SMA-SMA tidak baik, karena tidak ada guru produktif. Nanti kami akan ciptakan dalam hal ini melalui pendidikan terampil ini. Saya akan jadikan bagaimana menghasilkan guru yang produktif ini," kata Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) M Nasir di gedung Bina Graha, Kementerian Sekretariat Negara, Jakarta, Senin (24/10).

Karena itu, melalui pengembangan pendidikan antara akademisi dan industri seperti di Politeknik Maritim Negeri Indonesia diharapkan dapat memperbaiki kualitas lulusan pendidikan vokasi. Tenaga kerja yang memiliki ketrampilan sesuai dengan kebutuhan dunia industri pun akan lebih banyak diciptakan.

"Sekarang saya akan kembangkan di dua politeknik di Indonesia di 2017 ini. Karena dengan mekanisme antara akademisi dengan industri, atau perusahaan, dengan 50:50, ternyata itu manfaatnya luar biasa bagi para mahasiswa lulusan itu. Nah ini yang saya kembangkan, nanti kalau saya lakukan pada perguruan tinggi lain dengan model yang sama bisa menghasilkan tenaga kerja yang terampil itu," ujarnya.

Nantinya, para lulusan politeknik tersebut akan melanjutkan pendidikan profesi guru untuk menjadi guru produktif di sekolah vokasi. Nasir mengatakan, selama ini di sekolah vokasi tak memiliki guru produktif. Karena itu, para lulusannya pun memiliki ketrampilan yang belum sesuai dengan industri yang dibutuhkan.

Menurutnya, ia mendapatkan laporan sejumlah sekolah seperti SMK pertanian yang hanya memiliki guru normatif yang mengajarkan pelajaran seperti bahasa Indonesia dan guru adaptif yang mengajarkan pelajaran kimia, biologi, dll. Sedangkan, guru produktif yang dibutuhkan di sekolah vokasi dirangkap oleh guru adaptif.

"Nggak bener kan? Ini harusnya ada guru produktif di pertanian. Maka kami akan upgrade di situ karena ini nggak nyambung," kata dia.

Terkait pemerataan kebutuhan guru produktif pun, kata dia, akan dikoordinasikan dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sehingga tenaga pengajar produktif di sekolah vokasi dapat terserap.

"Itu dari Kemendikbud, kita koordinasi. Jangan sampai nanti lulusan terlalu banyak tapi tidak terserap kan masalah. Makanya nanti akan diliat, guru mana yang akan dipenuhi," kata Nasir.

Seperti diketahui, tingkat pengangguran saat ini didominasi oleh lulusan sekolah menengah kejuruan atau SMK. Wakil Ketua Umum Bidang Perindustrian Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Johnny Darmawan pun menyarankan agar dilakukan perbaikan sistem pendidikan kejuruan sehingga tenaga kerja lulusan SMK dapat terserap sesusai kebutuhan dunia industri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement