Ahad , 23 Oct 2016, 18:57 WIB

Menpar-Menhub Matangkan Konsolidasi Akses Pariwisata

Red: Didi Purwadi
Republika/Agung Supriyanto
Menpar Arief Yahya
Menpar Arief Yahya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menpar Arief Yahya dan Menhub Budi Karya Sumadi terus bersinergi dalam membangun akses dan koneksivitas destinasi pariwisata. Pasca pertemuan resmi di Kantor Kementerian Perhubungan pada 19 Oktober, kedua kementerian saling memantau perkembangan dari pertemuan tersebut. Termasuk poin-poin penting yang bisa cepat dieksekusi untuk percepatan pembangunan akses pariwisata.

“Akses adalah satu dari 3A yang menentukan sukses tidaknya menembus proyeksi wisman di 2019, yakni 20 juta orang,” kata Arief Yahya, Menteri Pariwisata RI, Ahad (23/10).

Menpar pun 'menagih' soal status permohonan izin rute-rute baru yang sudah diusulkan airlines sejak akhir September 2016. Sejumlah maskapai terus didorong oleh Menpar Arief Yahya untuk membangun jaringan connectivity baru yang disebutnya akses.

Dari Garuda Indonesia, Air Asia, Lion Group dan Sriwijaya sudah ditemui Menpar. Mereka sudah membuat surat permohonan slot baru. “Mereka giliran menagih kami, dan kami langsung forward ke Kemenhub yang memiliki orotitas terhadap slots,” kata Arief Yahya.

Dia mencontohkan status permohonan izin rute baru. Berdasarkan info dari airlines sampai dengan akhir September 2016, Garuda Indonesia (regular berjadual) memiliki daily flight rute Guangzhou-Bali dan Shanghai Bali. Lalu, rute barunya yakni Chengdu-Bali, Xiamen-Bali, Mumbai-Jakaerta, Bali-Wakatobi dan Makasar-Wakatobi.

Citilink Indonesia juga sudah bersurat ke Menhub soal ruter baru reg. Charter, yakni China ke Batam dan Bintan, China ke Solo dan Jogja, China ke Morotai, China ke Lombok. “Termasuk Mereka meminta eksklusivitas selama 2 tahun untuk rute baru, rute perintis. Saya kira dalam bisnis, itu masuk akal dan fair,” kata Arief Yahya.

Lion Air membuka banyak rute domestik baru ke Solo. Maskapai ini ingin menjadikan Solo sebagai Hub Selatan. Ada juga permohonan izin penerbangan Kuala Lumpur-Solo, Kuala Lumpur-Lombok dengan Malindo Air --group Lion.

Sriwijaya Air, kata Menpar, juga akan membuka rute China-Solo. Beberapa rute domestik juga sudah diajukan, namun belum memperoleh kabar. “Saya yakin, ini sudah diproses di pemerintah. Secara prinsip kami setuju untuk segera dioptimalkan semua slots yang masih memungkinkan dibuka,” kata dia.

Pembangunan Infrastruktur
Bukan hanya soal airlines, Menpar Arief Yahya juga memikirkan status pengembangan infrastruktur perhubungan lainnya. Seperti pembangunan dan perluasan Bandara Silangit, Tanjung Pandan, Tanjung Lesung Banten, Kulon Progo Jogjakarta, Surabaya, Lombok, Labuan Bajo, dan Morotai.

Lalu reaktivasi dan pembangunan jalur kereta api di Sawahlunto Sumbar, Tanjung Lesung Banten, Pangandaran Jawa Barat. Juga pembangunan pelabuhan dan bandar Marina serta rencana pengalihan pengelolaan pelabuhan kepada Pelindo III seperti Labuan Bajo.

Menpar Arief juga meminta para eselon di Kemenhub agar lebih cepat dalam hal deregulasi, seperti izin terbang private jet untuk CIQ In dan CIQ Out di Bandara basis Yacht. Misalnya, AMQ-SQQ PP untuk destinasi Raja Ampat. Perlu diterbitkan kebijakan berisi prosedur tetap (protap) pemberian izin kepada private jet yang terbang antar bandara domestik.

“Kalau dilarang, ini juga tidak masuk akal. Misalnya ada investor yang datang membawa private jet, turun di Jakarta atau Bali, untuk menuju ke destinasi yang dimaksud tidak boleh menggunakan private jetnya, melainkan harus menggunakan regular flight. Ini yang aneh dan tidak sejalan dengan perkembangan zaman,” ungkap Arief Yahya yang didampingi Dirjen Pengembangan Destinasi dan Industri, Dadang Rizky, serta Stafsus Menpar Bidang Connectivity, Judi Rifajantoro.

Judi menambahkan, soal airlines, diharapkan ada kemudahan perizinan untuk pengembangan rute baru. Juga diharapkan melakukan pengembangan Network Airlines untuk mendukung pertumbuhan kunjungan wisman. Lalu membuka rute baru ke pasar-pasar utama wisman.

Menpar juga berharap masalah air service agreement diharapkan bisa memastikan ketersediaan seats untuk regular flight yang diperoleh melalui Air-Talk; mendorong implementasi open-skies 'dari-ke pasar-pasar utama wisman' (single country), contoh Indonesia-RRT; mempercepat Air-Talk (G-to-G) dengan negara yang memiliki Hub-Airport besar dengan airlines yang kuat, contoh UEA (Dubai dan Abu Dhabi) dan Qatar.

Soal Airport dan Air Navigation, Menpar berharap ada optimalisasi slots pada bandara favorit (DPS, CGK, SUB, dan JOG) melalui pembenahan prosedur, penambahan SDM, dan pemanfaatan IT; mempercepat pengembangan infrastruktur bandara (Brown Field), contoh Rapid Exit Taxi Way, Apron/Parking Stand, Terminal, dan Runway; serta mempercepat pembangunan bandara baru (Green Field), seperti Kulon Progo, Bali Utara, dan Kertajati, Banten.