Sabtu 08 Oct 2016 09:03 WIB

Indonesia Bermutu: Substansi Mendasar Lebih Penting dari Make Up Kurikulum

Suasana diskusi rutin Indonesia Bermutu.
Foto: Dok IB
Suasana diskusi rutin Indonesia Bermutu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gonjang-ganjing kurikulum yang seakan tak pernah berhenti sangat menarik untuk dikaji dan didiskusikan. Hasrat pemerintah untuk melihat kembali kurikulum dan menyesuaikannya dengan Nawacita Jokowi-JK telah memicu kontroversi.

Indonesia Bermutu (IB) sebagai lembaga yang konsen dalam peningkatan mutu pendidikan sangat prihatin dengan kondisi tersebut dan berharap agar pemerintah fokus pada substansi mendasar kurikulum bukan pada make up kurikulum."IB berharap Kemdikbud lebih fokus kepada substansi kurikulum dan kemudahan serta ketepatan dalam implementasinya," ungkap Pendiri  IB  Burhanudin  saat membuka Sawala IB di Jakarta, belum lama ini,  dalam rilis yang dikirimkan kepada Republika.co.id, Sabtu (8/10/2016).

Menurut Burhanuddin, membangun kurikulum sejatinya membangun hakikat jati diri utuh manusia yakni  kalbu, akal, indra, dan raga menjadi sebuah harmoni kehidupan yang ramah, bahagia, dan bermakna.

 

Keempat potensi manusia tersebut, kata Burhan, harus terus dididik dan dikembangkan sehingga berubah menuju hakikat kesempurnaan sebagai seorang manusia. "Di sini peran vital kurikulum," kata Burhan.

Masih menurut Burhan,  manusia sudah punya dasar potensi untuk berubah menjadi lebih baik dan perubahan tersebut harus diarahkan dan terukur oleh penilaian yang bermutu. Senada dengan Burhan, pakar psikologi dan kurikulum UNJ, Awaluddin Tjalla meyakini jika pemerintah serius mengedukasi masyarakat untuk siap berubah, bangsa Indonesia akan menjadi masyarakat yang memiliki daya saing.

Awal menyarankan agar kurikulum menjadi milik seluruh elemen bangsa bukan hanya milik pendidik, satuan pendidikan, dan peserta didik. " Integrasi antara pelaku pendidikan dan seluruh elemen bangsa dalam memikirkan, melaksanakan, dan mengevaluasi kurikulum merupakan faktor kunci menjadikan kurikulum sebagai bagian tak terpisahkan dari pesta membangun Indonesia seutuhnya," simpul Awal.

Dosen Pasca Sarjana Uhamka Hari Setiadi mengingatkan Pemerintah agar tidak latah berwacana untuk melakukan perubahan terhadap kurikulum. Untuk itu Hari mengusulkan agar konsep dasar, prinsip dasar, substansi, dan filosofi kurikulum dirumuskan dengan holistik, futuris, mendalam, dan jauh ke depan.

 Namun,  metode, teknik, dan gaya implementasi kurikulum di ruang kelas harus dinamis dan mampu memaksa pendidik untuk kreatif dan inspiratif. Jika memungkinkan, menurut Hari, rumusan kompetensi dasar dalam kurikulum dibuat dinamis, sehingga guru dapat mengembangkannya.

 

Senada dengan Hari,  Ketua IB-Jawa Barat Rahmat Syehani meminta pemerintah agar sekolah diberi ruang inspirasi untuk  mengembangkan kompetensi dasar menjadi lebih dinamis sesuai dengan kondisi peserta didik dalam kelas. Dengan demikian, menurut Rahmat, strategi pembelajaran yang dikemas berdasarkan kompetensi dasar dinamis lebih adaptif dengan situasi dan kondisi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement