Ahad 04 Sep 2016 01:18 WIB

Diberi Nilai Nol di Rapor, Sejumlah Siswa tak Naik Kelas

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Indira Rezkisari
Murid sekolah
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Murid sekolah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno Listyarti mengatakan, tak naik kelas mungkin hal yang terdengar biasa. Namun ketika seorang siswa yang memiliki prestasi dalam olimpiade biologi tidak naik kelas karena tidak mendapatkan kesempatan menyusulkan tugas dan mengikuti ulangan susulan maka hal ini menjadi luar biasa.

"Seorang guru tak memberikan hak dan kesempatan siswi SMAN 4 Bandung, DP untuk melakukan ulangan susulan guna memperbaiki nilainya. Akibatnya dia diberi nilai nol di rapor oleh gurunya untuk mata pelajaran matematika, akibatnya dia tidak naik kelas," katanya.

Apabila mengacu kepada standar berpikir rasional, logis, dan ilmiah pada rapor semester II tahun pelajaran 2015/2016 tidaklah mungkin siswa memperoleh nilai nol di rapor. Sebab ketentuan penilaian rapor dalam Kurikulum 2013 adalah nilai semester ganjil dan genap diakumulasi.

Kasus siswa tidak naik kelas dengan alasan tidak lazim beberapa kali terjadi. Misalnya  siswa SMK 07 Semarang, Zulfa Nur Rahman, yang menganut aliran kepercayaan tidak naik kelas karena Zulfa menolak mengikuti pelajaran agama Islam sehingga tidak ada nilai agamanya.

"Wajar saja Zulfa menolak, karena dia penganut penghayat. Akibat tidak ada nilai agamanya maka dia dinyatakan tidak naik kelas," ujar Retno.

Kasus Puspita sedikit berbeda, dia mengikuti pelajaran tetapi pernah tidak masuk dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Namun tak diberi kesempatan menyusulkan tugas, ulangan dan presentasi padahal Puspita sudah meminta kesempatan itu pada gurunya, namun sang guru yang bersikukuh tidak memberikan dan kemudian di rapor memberikan nilai nol.

Kasus Puspita, dalam kajian hukum yang dilakukan FSGI, terbukti ada unsur kelalaian sekolah, pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan dan pelanggaran etika oleh guru. Sebagai anak, Puspita pun mengalami tekanan kejiwaan atas semua perlakuan yang dialaminya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement