Senin 22 Aug 2016 21:09 WIB

Unair Tuan Rumah Pertemuan Peneliti Indonesia-Australia

Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.
Foto: Ist
Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Universitas Airlangga dipercaya menjadi tuan rumah pertemuan antara peneliti Indonesia dan Australia (Indonesia-Australia Research Summit/IARS) pada 22-23 Agustus 2016.

"Ini (pertemuan) merupakan agenda rutin The Australia-Indonesia Centre (AIC) dan kali merupakan pertemuan ketiga kalinya," kata Ketua International Office and Partnership Unair, Dian Ekowati, di Surabaya, Senin (22/8).

Dalam pertemuan bertema "Innovating Together: Starting Local, Reaching Global" itu, ia mengatakan peneliti-peneliti Unair bisa unjuk diri dalam mempresentasikan penelitiannya dalam acara IARS. "Apalagi, Unair telah berkontribusi dalam bidang kesehatan dalam AIC. Dengan acara ini, peneliti Unair bisa berkontribusi lebih banyak pada stream-stream yang lain, selain kesehatan," katanya.

Oleh karena itu, pertemuan itu juga diwarnai dengan lomba poster, presentasi, dan sebagainya, yang menunjukkan bahwa kapasitas Indonesia dalam konteks penelitian itu banyak. "Tidak hanya kesehatan saja," katanya.

Ke depan, lanjutnya, dengan adanya AIC, bisa terbuka kesempatan untuk berkolaborasi penelitian antara Indonesia dan Australia, terutama Unair di bidang yang lain, termasuk inovasi dan konsorsium peneliti muda.

Dalam kesempatan itu, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang didaulat menjadi pembicara utama menyatakan pihaknya akan menjadikan ajang itu untuk pamer keberhasilan menata Kota Pahlawan. "Yang diunggulkan itu pemanfaatan teknologi informasi (TI) dalam pemerintahan. Saat pertama memimpin, kami dihadapkan dengan keterbatasan dana untuk mengelola Surabaya," kata Risma.

Untuk itu, menurut Risma, dicarikan solusi agar anggaran dapat dimanfaatkan lebih efisien. Caranya menggunakan e-government. Misalnya untuk proses perizinan, dipakai di bidang kesehatan, pendidikan, perkantoran, dan lain sebagainya.

"Dengan sistem online untuk penerimaan peserta didik baru (PPDB), rapor online, di dunia pendidikan kita mampu hemat Rp 3 miliar tiap tahun," ungkapnya.

Selain Risma, pembicara yang akan hadir dalam kegiatan ini di antaranya Prof. Ainun Naim (Sekretaris Jenderal Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi), dan Harold Mitchell selaku penanggung jawab Australia-Indonesia Centre.

Hadir pula, Rektor Unair Prof. M. Nasih, Wikke Novalia mahasiswa doktoral yang meneliti tentang pengairan di perkotaan, Ewa Wojkowska dari Kopernik Indonesia, dan Adam Zaborszczyk dari Dewan Kota Melbourne.

Rektor Unair Prof Nasih menambahkan, pihaknya ingin mendorong inovasi di Unair lebih berkembang. Namun, inovasi tersebut tidak bisa dilakukan sendiri. Butuh banyak sumber daya dan bantuan beberapa pihak. "Kebutuhan riset ini kita kolaborasikan dalam IARS, sehingga hasil riset tidak hanya dimanfaatkan antarpeneliti. Pemerintah kedua negara dan kalangan industri juga mampu mengakomodasi," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement