Kamis 18 Aug 2016 01:31 WIB

Emas Tontowi/Liliyana dan Iktikad Erick Thohir Membayar 'Kegagalan'

Rep: Gilang Akbar Prambadi/ Red: Dwi Murdaningsih
Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Erick Thohir (tengah) bersama ganda campuran Indonesia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir
Foto: Ist
Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Erick Thohir (tengah) bersama ganda campuran Indonesia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir

REPUBLIKA.CO.ID, RIO -- Medali emas Olimpiade Rio 2016 yang diraih Tontowi Ahmad (Owi) dan Liliyana Natsir (Butet) menjadi kado istimewa bagi HUT Kemerdekaan Indonesia ke-71. Pencapaian Owi dan Butet pun jadi kebanggaan tersendiri bagi Ketua Olimpiade Indonesia (KOI) Erick Thohir yang ikut mendampingi kontingen Indonesia selama berjuang di Brasil.

Sebab, pengusaha kelahiran Jakarta 46 tahun lalu itu punya sebuah keterkaitan perjalanan hidup yang menarik dengan ajang olimpiade. Dalam sebuah wawancara dengan Republika.co.id tahun lalu, hal unik nan menarik itu sempat Erick paparkan.

Presiden klub sepak bola Serie A Italia itu berujar, Olimpiade Rio 2016 turut menyimpan sebuah mimpi pribadi untuknya. Sebelum menjabat sebagai Ketua KOI 2015 silam, Erick sempat ditunjuk sebagai Chef De Mission (CDM) pada Olimpiade London empat tahun lalu.

Ketika itu, Erick memimpin kontingen Indonesia untuk membawa pulang emas demi menjaga tradisi yang terpupuk sejak Olimpiade 1992 di Barcelona. Namun, saat itu para pejuang Indonesia kandas di semua cabang yang dikirimkan. Emas pun nihil didapat.

"Ada hal menarik yang ingin saya bagi. Begini, jika Anda perhatikan, saya sebagai CdM di Olimpade London bisa dikatakan gagal membawa pulang medali emas untuk kontingen Indonesia. Oleh karena itu saya mengundurkan diri, sejak di London, bukan di Jakarta. Karena saya pikir, ketika sesuatu tidak berhasil, memang seharusnya seorang pemimpin langsung ambil tanggung jawab. Itulah saya," kata Erick.

Dia tak menampik ada rasa kecewa tertambat di dadanya. Utamanya, karena bangsa Indonesia tak bisa merasakan lagu Indonesia Raya bergaung di London.

"Tapi yang menjadi menarik, tiba-tiba menjelang Olimpiade selanjutnya saya jadi ketua KOI, yang jabatannya di atas CdM. Ini kadang-kadang saya masih tidak menyangka. Saya anggap diri saya  mendapat kesempatan kedua dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala untuk menjalankan ini. Menjalankan fungsi yang sama dengan jabatan yang berbeda," papar Erick

Bos tim basket papan atas Indonesia, Satria Muda ini mengaku tak pernah terpikir akan jadi Ketua KOI yang punya tanggung jawab lebih besar ketimbang CdM. Dia pun menegaskan tidak punya ambisi bernafsu untuk maju sebagai Ketua KOI. Hal ini karena proses pemilihan Ketua KOI sangatlah mepet dengan penyelenggaraan Olimpiade Rio, yakni sekitar 10 bulan saja.

"Jadi berangkat dari sini, motivasi saya berlipat. Baik secara general untuk kepentingan bangsa atau secara pribadi, Olimpiade tahun depan (2016) harus jauh lebih baik dari sebelumnya. Harus ada lagi tradisi emas, tapi tentunya, saya tidak bisa berkerja sendiri," kata dia.

Kini, Erick lega dengan emas yang dipersembahkan pebulutangkis nomor ganda campuran, Owi dan Butet. Raihan medali emas ini seakan menebus dengan sempurna kesempatan kedua yang telah Maha Kuasa berikan kepadanya.

"Thank you Butet dan Towi, berkat kalian Indonesia dapat emas. Gold medal for Indonesia," tulis Erick di akun instagramnya, Kamis (18/8).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement