Kamis 11 Aug 2016 13:49 WIB

Mahasiswa UMY KKN ke Filipina Selatan

Mahasiswa UMY saat persiapan KKN ke Filipina Selatan.
Foto: UMY
Mahasiswa UMY saat persiapan KKN ke Filipina Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sebanyak 21 mahasiswa Prodi Ilmu Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) melakukan KKN internasional di Kota Davao - Filipina Selatan. Di sana, mahasiswa akan mengajar di beberapa sekolah Islam yang mana mereka menjadi warga minoritas.

Materi yang akan diajarkan adalah bahasa Indonesia, agama Islam, dan budaya Indonesia. Program yang akan berlangsung hingga 27 Agustus 2016 ini terlaksana atas kerjasama dengan Al-Kalam Institute di Davao, dan mengusung tema 'Pemberdayaan Para Keturunan Indonesia dan Komunitas Muslim di Davao melalui Ekonomi Kreatif, Sosial Budaya, dan Pendidikan Religiusitas'.

KKN internasional ini dilepas oleh Wakil Rektor I UMY Gunawan Budiyanto akhir Juli lalu. Gunawan mengungkapkan bahwa ada sekitar 11 ribu warga keturunan Indonesia yang masih menetap di Davao, dan mereka masih berstatus stateless.  “Program ini merupakan kesempatan yang strategis bagi Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PYM), khususnya bagi UMY dalam memunculkan konsep resolusi konflik terhadap warga keturunan Indonesia tersebut," kata Gunawan.

Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Davao sangat mengapresiasi inisiatif UMY mengadakan KKN di Davao. Menurut dia, KKN internasional ini sebagai salah satu langkah proses penyelesaian masalah kewarganegaraan terhadap warga keturunan Indonesia yang bermukim di Filipina bagian Selatan tersebut. Selain itu, diharapkan para peserta KKN ini dapat membantu pemerintah Indonesia serta salah satu tugas Muhammadiyah dalam menciptakan konsep resolusi konflik.

Sementara itu Ketua KKN, Angga Bayu Seto Aji mengatakan bahwa ribuan warga keturunan Indonesia di Davao yang masih berstatus stateless tersebut karena keterbatasan bahasa sehingga tidak diakui oleh Indonesia. “Mereka yang dikenal dengan istilah Person Indonesian Descendants (PIDS) merupakan warga Indonesia yang tinggal di Davao tidak memiliki kewarganegaraan baik Filipina maupun Indonesia," kata Angga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement