Kamis 04 Aug 2016 11:33 WIB

Menyulap Kencur Jadi Obat Antiperadangan

Rep: Binti Sholikah/ Red: Andi Nur Aminah
Kencur
Foto: Ipteknet
Kencur

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Enam mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS) menciptakan sebuah inovasi obat antiperadangan berbahan dasar kencur. Obat ini berbentuk seperti plaster dalam bentuk gel bening yang penggunaannya ditempelkan ke kulit.

Keenam mahasiswa tersebut yakni, Desy Fatmawati, Amalia Septia, Cynthia Zain, Florita Mia, Eka Fauziyah dan Asih Setyani. Amalia mengaku awalnya timnya ingin memanfaatkan tanaman obat yang dikemas dalam bentuk lain. "Masyarakat tahu bahwa kencur memiliki banyak manfaat, kami ingin mengolah dan mengemasnya dengan cara yang unik,"  ujar Amalia di kampus UKWMS, Rabu (3/8).

Ia mengklaim, inovasi mereka mampu mengobati gejala peradangan pada tubuh dengan penghantaran melalui kulit. Desy menambahkan, kencur dikenal memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. Satu di antaranya untuk meringankan tanda dan gejala peradangan atau anti-inflamasi. Biasanya obat anti-inflamasi yang dijual di pasaran dalam bentuk tablet, kapsul, atau krim oles.

Ia menyebutkan, patch kencur buatan timnya memiliki keunggulan lebih praktis, nyaman digunakan dan lebih aman daripada obat yang harus ditelan. "Pada umumnya obat antiinflamasi yang beredar juga memiliki efek samping mengakibatkan nyeri lambung," kata Desy.

Amalia menyatakan, tantangan yang dihadapi yakni memastikan efek obat dari kencur tersebut benar-benar terserap masuk ke dalam kulit penggunanya. Untuk itu, keenam mahasiswa ini melakukan penelitian untuk meningkatkan efektifitas patch kencur inovasi mereka dengan dibimbing dua dosen.

Amalia menjelaskan, dalam pembuatan patch salah satu hal penting yang harus dipertimbangkan adalah jenis enhancer atau bahan yang meningkatkan penetrasi obat yang dipakai dalam formulasi. Enhancer berpengaruh terhadap penetrasi (masuknya) obat ke dalam kulit.

Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan penetrasi obat ke kulit, lanjutnya, dengan adanya penambahan enhancer jenis surfaktan dalam formulasi. "Surfaktan memiliki sifat menurunkan tegangan permukaan dengan cara menyerap pada permukaan suatu cairan," jelas Amalia.

Pada awal pembuatan, enam mahasiswa ini membutuhkan waktu selama satu bulan hingga menemukan formulasi yang tepat. Desy Fatmawati, menyebutkan bahan-bahan yang digunakan dalam proses pembuatan pacth tersebut antara lain, ekstrak etanol kencur, karagenan, na lauryl sulfat, HPMC, propelin glikol, aquadest, alkohol, kasa perekat, NaCl, cat wright stain, dapar Ffosfat serta mencit sebagai hewan uji coba.

Cara pembuatannya, kencur dibersihkan, dipilah, kemudian dipotong tidak terlalu tebal. Selanjutnya dilakukan pengambilan sari kencur dengan metode ekstraksi maserasi. Ekstrak kencur dicampur etanol dan didiamkan selama 24 jam sambil sesekali diaduk. Kemudian, esktrak etanol kencur dicampurkan dengan propilen glikol lalu diaduk.

Desy dan teman-temannya juga mengembangkan HPMC selama 24 jam hingga membentuk koloid atau semacam gel kental. Kemudian ditambahkan campuran ekstrak etanol kencur dan diaduk hingga tercampur rata. Kemudian na lauryl sulfat dimasukkan perlahan sambil diaduk. Setelah semua tercampur merata, kemudian dituangkan ke dalam cawan petri berdiameter sembilan sentimeter dan didiamkan pada suhu kamar selama dua hari.

Hal itu dilakukan untuk menguapkan etanol 70 persen dan menghilangkan udara tambahan yang terperangkap. Langkah terakhir, mengeringkan semua bahan yang sudah tercampur tersebut ke dalam oven dengan suhu 40 derajat Celcius hingga berbentuk lapisan film.

Hasil penelitian menunjukkan penambahan enhancer dalam patch topical ekstrak etanol kencur dapat meningkatkan penetrasi ekstrak ke dalam kulit. "Sehingga memiliki efek anti inflamasi yang lebih baik daripada produk antiinflamasi dalam sediaan topikal yang sudah ada di pasaran," ungkap Desy.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement