Senin 01 Aug 2016 08:00 WIB
Musik Metal Vs Orde Baru

Setiawan Djodi: Metallica, Kantata Takwa, dan Islam Suara Revolusioner

Setiawan Djody
Foto:
Setiawan Djodi saat berbincang dengan wartawan Republika

11. Mengapa pemerintah mau memberi izin kepada Swami dan Kantata yang musiknya sangat kritis pada zaman itu?

Ya keluar karena saya sebelumnya ditanyain sama Benny. Beliau tanya: “Kantata artinya apa, Djod? Kenapa 'Orang Kalah’ (judul lagu Kantata--Red)? Yang kalah siapa?” Semua pertanyaan itu saya jawab. Jadi begitu gunanya saya di Kantata Takwa. Tiap minggu seperti itu (menjawab pertanyaan) meski konser sudah berjalan hampir sebulanan. Persiapan konser selalu setahun. Tapi tentang ini saya enggak mau ngomong ke publik karena Pak Harto saat itu masih hidup. Beliau masih menjabat presiden dan saya mau menjaga kehormatannya. Tapi kan sekarang beliau sudah wafat. Ini pertama kali lho saya buka.

12. Apakah rezim penguasa sempat khawatir dengan aktivitas bermusik Anda saat itu?

Ya namanya pemerintah kan kalau ada orang mengadakan (pengumpulan) massa sampai ratusan boleh dong khawatir.

13. Mengapa Anda memilih musik untuk mendorong sebuah perubahan?

Karena di musik itu kalau menyoroti sesuatu bukan hanya (bicara) perubahan. Kantata Takwa itu (misalnya) enak, ada melodi, ada hiburan, tapi bicara politik juga kan? Jadi bukan band combo untuk menghibur. You lihat kan bagaimana seluruh lapangan menyanyi “Bongkar”, menyanyikan “Nocturno”, nyanyi “Gelisah”. Jadi, kalau orang tidak tahu (musik), ya pidato ngomong saja. Tapi kan kita mengkritik lewat melodi, lewat rhythm, lewat beat, itulah yang saya pikirkan lewat Kantata.

14.Waktu membentuk Swami dan Kantata Takwa sudah sadar ingin menjadikan musik sebagai alat perjuangan?

Sudah. Saya sudah. Orang aku sekolah falsafah politik. Sekarang aja aku cerita. Tapi aku enggak pernah ngomong, yang tahu hanya saya dan Rendra. Mastermind-nya kita berdua. Yocky mulai tahu akhirnya. You tanya aja Yocky. Iwan mah ikut aja. “Iya ... iya ... kalau politik Mas Djodi Mas Rendra,” (Djodi menirukan ucapan Iwan--Red).

15. Bagaimana proses kreatif penciptaan lagu Swami dan Katata Takwa. Adakah pembagian peran antarpersonel?

Tidak, tidak ada pembagian peran. Wajar-wajar saja. Saya malah tidak ingin (ada peran). Saya cuma ingin jadi maesenas supaya ada dana. Supaya saya tidak ngemis-ngemis ke sponsor. Itulah fokus saya. Cuma, ada satu-dua lagu yang aku kasih ide. Aku menulis sendiri. Lagu “Kantata Takwa” itu liriknya saya. Lagu “Orang-Orang Kalah” saya ikut menentukan melodinya. Jadi semua workshop bersama. Kantata itu bukan individu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement