Rabu 27 Jul 2016 15:00 WIB

Sri Mulyani: Pelemahan Ekonomi Global Masih Terjadi

Red:

Pelemahan perekonomian global, khususnya yang terjadi pada negara-negara maju, memperlihatkan dampak signifikan terhadap sejumlah negara penunjang yang notabene adalah negara-negara emerging market. Raksasa ekonomi dunia, seperti Cina, Amerika Serikat (AS), dan Rusia yang menjadi market terbesar ekspor negara-negara berkembang justru mengalami perlambatan ekonomi.

Managing Director and Chief Operating Officer World Bank Sri Mulyani Idrawati mengatakan, pelemahan perekonomian dunia yang masih terjadi pada 2016 membuat prediksi Bank Dunia melakukan revisi proyeksi pertumbuhan dunia. Dari proyeksi pada level 2,9 persen pada Januari 2016, Bank Dunia kemudian melakukan revisi dan memproyeksikan ekonomi dunia tumbuh 2,4 persen per Juni 2016.

"Melambatnya pertumbuhan ekonomi di Cina dan perubahan struktural ekonomi di sana sangat memengaruhi pertumbuhan seluruh dunia," kata Sri dalam paparannya di kampus Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Selasa (26/7). Wanita yang akrab disapa Ani ini menjelaskan, dia baru berkunjung ke Argentina untuk melihat kondisi perekonomian di negara tersebut.

Hasilnya, ekonomi Argentina teramat terpuruk belakangan. Sebab, selama ini proporsi ekspor Negeri Tango ke Negeri Tirai Bambu mencapai 35 persen dari jumlah ekspor. Kondisi yang sama sebenarnya terjadi juga di sejumlah negara berkembang yang selama ini menopang Cina dalam hal komoditas.

Negara-negara Amerika Latin, Afrika, Asia Tengah, Asia Tenggara, termasuk Indonesia juga mulai keteteran melakukan ekspor komoditasnya. Cina selama ini memberikan andil 11 persen dari total ekspor Indonesia.

Menurut mantan menteri Keuangan ini, selama dua dekade terakhir negara-negara berkembang menjadi mesin pertumbuhan dunia. Sayang, pertumbuhan ini kemudian terhambat dan mulai menghadapi tantangan berat.

"Ibarat badai yang datang bersamaan secara sempurna atau perfect storm," kata Ani. Menurut Ani, perfect storm terjadi karena melemahnya ekonomi dan perdagangan dunia, perlambatan dan perubahan struktural ekonomi Cina, rendahnya harga komiditas, serta menurunnya aliran modal ke negara berkembang.

Selain itu, meluasnya konflik dan serangan teroris ditambah perubahan iklim global memicu pelemahan ekonomi semakin besar. Hasilnya, negara-negara pengekspor komoditas yang memiliki jutaan penduduk miskin mengalami pukulan paling keras.

Bahkan, 40 persen revisi penurunan ekonomi dunia berasal dari kelompok negara ini. Meski demikian, lanjut Ani, pelemahan ekonomi dunia ini sebenarnya masih bisa terselesaikan dengan cepat.

Dengan kondisi terkini, semua negara harus mengeratkan kerja sama dan menguatkan kinerja bersama. Koordinasi kebijakan antarnegara juga diperlukan agar ada sinkronisasi.

Kerja sama ini diyakini dapat membangun kembali kepercayaan dan menghilangkan halangan perdagangan dan investasi. Khususnya, untuk menunjang produktivitas serta memulihkan pertumbuhan ekonomi semua pihak.

Di tempat terpisah, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menyebutkan, kondisi keuangan ekonomi global saat ini masih dalam keadaan suram. Keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) masih memicu ketidakpastian dalam pasar keuangan global.

Bambang memaparkan, potensi pelemahan ekonomi terjadi di mana-mana, bahkan di hampir semua negara di dunia yang ekonominya tergolong besar. Meskipun masih cukup panjang waktu sebelum benar-benar Inggris keluar dari Uni Eropa, yang harus diwaspadai adalah global market volatility.

Bambang menilai, global market volatility pada masa sekarang ini berbeda dengan pada tahun sekitar krisis finansial Asia. Pola sektor keuangan masa lalu, yaitu krisis keuangan global atau regional.

Menurut mantan dekan FE UI ini, hal tersebut merupakan kejadian siklikal yang terjadi lima atau sepuluh tahun sekali. Kalaupun ada ancaman, hal tersebut sudah diketahui jauh sebelumnya. "Dalam kondisi hari ini, ini menjadi faktor yang makin sukar untuk ditebak," kata Bambang.    Oleh Debbie Sutrisno, Idealisa Masyrafina, ed: Muhammad Iqbal

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement