Rabu , 20 Jul 2016, 12:46 WIB

Wonderful Indonesia Makin Pede Promosi di Australia

Red: Dwi Murdaningsih
Republika/Yasin Habibi
 Wisatawan menyelam di kawasan wisata Raja Ampat, Papua Barat.
Wisatawan menyelam di kawasan wisata Raja Ampat, Papua Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY – Kementerian Pariwisata tak mau kecolongan waktu promosi di Australia. Setelah sukses memboyong dua award di Travel Industry Exhibition, Sydney, Wonderful Indonesia langsung menggelar Sales Mission di Sydney (20 Juli) dan Canberra (22 Juli). Di negeri Kangguru itu, Kemenpar ikut memboyong delapan industri dari Indonesia.

“Di 2015 sudah ada capaian 10,3 juta wisman. Di 2016, harus naik 1,7 juta. Dari mulai branding dan advertising di negara-negara berpotensi pasar sampai sales mission, pasti kami lakukan,” terang I Gde Pitana, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kemenpar, Rabu (20/7).

Aktivitas Kemenpar ke Sydney dan Canberra itu betul-betul sudah hard sale. Sudah jualan paket. Bukan lagi branding atau soft marketing. Mengapa trik itu dilakukan? Pertama, dari sisi destinasi, Australia tidak terlalu jauh dengan Indonesia. Hanya tiga jam penerbangan dari Sydney ataupun Canberra, sudah sampai Indonesia.

Kedua, dari sisi originasi Australia adalah pasar yang sangat strategis buat Indonesia. Selama ini, Negeri Kangguru itu selalu hadir di posisi elit kunjungan wisman ke Indonesia. Pada Januari - April 2016, ada peningkatan 4,17 persen dari periode yang sama tahun lalu. Bahkan Kantor Statistik Australia mencatat pada Mei 2016, angka wisatawan yang datang ke Indonesia dari Australia mencapai 108.500 orang. Jumlahnya bahkan melampaui tujuan wisata utama masyarakat Australia selama ini yaitu Selandia Baru.

Wonderful Indonesia Boyong 2 Award dari Pameran Sydney

Hal lain yang ikut disorot Pitana adalah pemilihan waktu. Bulan Juli, dianggap sangat tepat, lantaran waktunya sebelum peak season akhir tahun 2016. Di sana, Kemenpar juga menyampaikan jadwal event di Indonesia yang dapat menarik untuk wisman Australia.

Event-event yang ikut diperkenalkan ke pasar Australia umumnya sangat disuka wisman Negeri Kangguru. Dari mulai Tour de Jakarta (31 Juli 2016), Toraja Marathon (13 Agustus) di Toraja,Sulawesi Selatan, International Surf Competition dan Ya’ahowu Festival (6 - 8 Agustus) di Pulau Nias, semua ikut dipromosikan di Sydney dan Canberra.

“Kami harus all out di pasar Australia, pasar yang jarak maupun psikologinya dekat, atau punya proximity dengan Indonesia. Australia adalah negeri tetangga yang termasuk banyak wisatawannya ke Indonesia,” kata Vinsensius Jemadu, Asisten Pengembangan Pasar Asia Pasifik Kemenpar.

Di Sales Mission Sydey dan Canberra, delapan  industri dari Indonesia dipertemukan dengan Australian buyers dalam sebuah table top meeting yang diharapkan akan menghasilkan perjanjian bisnis terkait pariwisata yang menguntungkan kedua pihak. Lebih jauh lagi, tujuan dari sales mission yang bertubi-tubi ini adalah untuk memberikan informasi intens mengenai perkembangan pariwisata Indonesia kepada buyers Australia sehingga dapat membuat paket-paket perjalanan baru.

“Bali tetap menjadi destinasi yang paling diminati. Namun Indonesia masih punya banyak lagi destinasi lain yang juga sangat menarik dan atraktif. Silahkan ke Indonesia,” tambah Vinsen.

Sepuluh destinasi lain yang bakal ditawarkan dalam Sales Mission Sydney dan Canberra adalah Greater Batam (Aceh,Riau Islands, Riau, West Sumatra), Medan, Greater Jakarta (Jakarta, Banten dan Jawa Barat), Bandung, serta Joglosemar (Jogjakarta, Solo, Semarang. Selain itu, ada juga Greater Bali (Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur  dan Banyuwangi), Lombok, Makassar dan Coral Triangle (Wakatobi, Bunaken, Raja Ampat).

Menteri Pariwisata Arief Yahya menyebut data dua bulan terakhir, April dan Mei 2016 outbond travellers Australia cukup menaikan confidence. Indonesia menjadi destinasi tervaforit, paling banyak, dan mengalahkan Selandia Baru yang selama ini menjadi tujuan wisata terbesar. "Dua bulan itu April Mei 2016, peta pariwisata atau outbond Australia mulai bergeser ke Indonesia," kata Arief Yahya.