Jumat 15 Jul 2016 15:33 WIB

KKN Mahasiswa UMY Sasar Daerah Perbatasan

Kampus UMY
Kampus UMY

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA --  Beragam persoalan masih melingkupi daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar) yang ada di Indonesia. Selain rawan permasalahan sosial dan minimnya persediaan air bersih, akses ke wilayah tersebut juga masih sulit.  

Melihat aneka permasalahan itu, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) kembali mengirimkan mahasiswanya untuk melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di empat daerah di wilayah 3T. Dikatakan Wakil Rektor I UMY, Gunawan Budiyanto, total 99 mahasiswa akan dikirim ke empat daerah berbeda.

Yakni di Kecamatan Nunukan, Sebatik, Kalimantan Utara; Kecamatan Sembalun, Lombok Timur (Nusa Tenggara Barat); Kecamatan Sambi Rampas, Manggarai Timur (Nusa Tenggara Timur); dan Kecamatan Kokoda, Sorong (Papua). 

“Kawasan-kawasan itu punya permasalahan, punya kriteria masuk dalam daerah tertinggal. Masuk ke dalam daerah-daerah yang terdepan, yang mungkin berdekatan dengan lautan, misalnya. Dan yang terluar, yang berbatasan dengan negara lain,” jelas Gunawan, dalam siaran persnya, Jumat (15/7).

Rinciannya, 25 mahasiswa ditempatkan di Sebatik, 27 di Kecamatan Sembalun, NTB, 27 di Kecamatan Sambi Rampas NTT, dan 20 mahasiswa lainnya di Kecamatan Kokoda, Sorong, Papua. Sementara keberangkatan para peserta KKN berbeda-beda, dimulai pada 15 Juli yakni pemberangkatan tim KKN di Kokoda. 

Tim terakhir berangkat pada 18 Juli yang merupakan tim KKN NTT. Gunawan menambahkan, para mahasiswa peserta KKN akan ditugaskan selama 2 hingga 3 bulan. “Berbeda dengan KKN reguler yang hanya KKN selama satu bulan. Tugas mereka otomatis lebih berat daripada mahasiswa lainnya yang ikut KKN reguler,” ujar Gunawan.

Sementara itu, tugas umum dari para mahasiswa selama berada di tempat KKN adalah meningkatkan kapasitas dan kemandirian masyarakat dalam tiga hal, yakni pendidikan, pertanian, dan sosial ekonomi. “Mahasiswa masih harus mengadakan program pendukung atau program bantu, sesuai dengan permasalahan yang ada,” katanya.

Selama menjalani program KKN tersebut, para mahasiswa akan tinggal di rumah penduduk setempat. Gunawan menambahkan keunggulan KKN tahun ini adalah pesertanya yang lebih variatif, berasal dari gabungan mahasiswa ilmu sosial dan ilmu eksak. “Tahun lalu saat yang ke Sebatik itu pesertanya semuanya anak sosial seperti dari HI dan Ekonomi. Namun yang sekarang ini sudah ada mahasiswa dari Ilmu Pertanian, Teknik, bahkan Agama,” katanya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement