Rabu 15 Jun 2016 20:29 WIB

Kiat Volkswagen Keluar dari Krisis

Volkswagen
Volkswagen

REPUBLIKA.CO.ID, CALIFORNIA -- Meski masih terlilit kasus skandal pemalsuan emisi produknya di sejumlah negara, Volkswagen tetap berencana menanamkan modalnya 11,3 juta dolar AS di California. 

Raksasa otomotif Jerman itu Selasa (14/6) akan menanamkan modal sekitar 4,5 juta dolar AS guna mendirikan fasilitas pelatihan baru di Eastvale, sebuah kota kecil di dekat Riverside. Volkswagen juga berencana membangun pusat distribusi suku cadang baru senilai 6,8 juta dolar AS di kawasan Rocklin, timur laut Sacramento.

Pusat pelatihan di California selatan tersebut diperkirakan dapat beroperasi awal tahun depan. Tempat tersebut akan memfasilitasi perbaikan kendaraan, hingga pelatihan teknisi untuk tiga produk Volkswagen, yakni VW, Porsce dan Audi. 

Namun, pihak VW tidak menyebutkan berapa jumlah tenaga kerja yang akan terserap dengan beroperasinya fasilitas tersebut. "California menjadi pasar utama bagi VW dan Audi," kata Jan Bures, Eksekutif Vice President Volkswagen Group of America.

CEO Volkswagen, Mathias Mueller kini berupaya memacu pertumbuhan dengan memfokuskan diri pada pembuatan kendaraan berbasis penggerak elektrik. Strategi itu akan melibatkan 12 merek Volskwagen, termasuk pengiriman mesin kendaraan, serta manufaktur komponen grup dalam satu kesatuan. 

Mueller juga berupaya mengatasi masalah yang muncul termasuk kemungkinan menjual sejumlah asetnya setelah Volskwagen mengakuisisi Scania, Ducati dan Porsche dalam 10 tahun terakhir. Volkswagen juga mengalami pertumbuhan bisnis yang melambat sehingga  mempengaruhi laba perusahaan sebelum krisis menimpa perusahaan. 

Saat ini perusahaan yang bermarkas di kota Wolfsburg itu harus mempertanggungjawabkan skandal emisi tersebut kepada lembaga hukum di AS dengan ancaman denda hingga 18,2 miliar dolar AS. Selain harus mengeluarkan biaya tambahan untuk memperbaiki sekitar 11 juta unit produknya yang menggunakan perangkat lunak bermasalah tersebut di sejumlah negara. 

 

 

 

 

sumber : Los Angeles Times/Bloomberg
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement