Senin 06 Jun 2016 06:06 WIB
Kelahiran Sukarno

Pesan dari Letusan Gunung Kelud

Sukarno
Foto: dok. Istimewa
Sukarno

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Wartawan Republika, Angga Indrawan

Cahaya fajar belum menghunjam bumi dengan tegas. Matahari belumlah merekah sempurna di Kota Surabaya, Hindia Belanda. Namun, kokok ayam telah menyambut tangis bayi yang keluar merobek perut perempuan asal Singaraja, Bali, 6 Juni 1901. Istri dari seorang guru pribumi bernama Raden Soekemi, Ida Ayu Nyoman Rai, melahirkan seorang putra persis saat fajar tiba. Anak itu terlahir dengan nama Kusno Sosrodihardjo.

Kusno lahir tak lama pascaletusan Gunung Kelud ketiga yang pernah tercatat dalam sejarah. Sebelum meletus pada 1901, Kelud pernah memuntahkan isinya pada abad ke-13 yang ditandai lahirnya seorang bakal raja Majapahit, Prabu Hayam Wuruk. Letusan kedua, terjadi pada 1586 saat Gunung di Kediri itu memberi kabar keruntuhan Kerajaan Pajang, pembuka awal cerita berdirinya Kerajaan Mataram.

Memang, bagi orang Jawa Kuno nan berselimut mistis, letusan gunung menyiratkan dan memberi kabar tentang sesuatu. Maka tak mengherankan kelahiran Kusno saat itu pun dianggap demikian. Kusno dipercaya merupakan berkah bagi nusantara. Terlebih, orang Jawa memiliki kepercayaan, seseorang yang dilahirkan saat matahari terbit maka nasibnya telah ditakdirkan terlebih dulu.

Singkat cerita, nama Kusno berganti menjadi Sukarno saat Kusno kecil sering mengalami sakit ketika memiliki nama Koesno Sosrodiharjo. Menurut orang dulu--sebagian kecil masih bertahan hingga kini--seorang anak sering sakit karena keberatan nama yang disandangnya. Alhasil, diberilah nama baru bagi sang anak menjadi Soekarno/Sukarno. Nama Karno diambil dari nama panglima perang dalam kisah Bharatayudha, Karna.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement