Ahad 05 Jun 2016 12:11 WIB

Mahasiswa UB Ciptakan Alat Penyaring Gas Beracun Amonia

Rep: Lintar Satria Zulfikar/ Red: Dwi Murdaningsih
Gas Amoniak (Ilustrasi)
Gas Amoniak (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lima mahasiswa Universitas Brawijaya membuat alat sebuah alat penyedot amonia dalam kandang bernama SALIFA (Stop Amonia dan Limbah Feses). Alat ini sebagai tindakan biosecurity terhadap penyakit dalam kandang ayam.

Lima mahasiswa tersebut terdiri dari dua mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Khairul Anwar  dan Miftahul Rizki Purwonegoro, serta tiga mahasiswa FKH, Dian Agustiar, Dicky Yoga Prasetia dan Hana Razanah.

Khairul mengatakan peternakan ayam merupakan salah satu usaha yang menjanjikan di Indonesia karena tingkat konsumsi daging ayam yang terus meningkat tiap tahunnya. Namun apabila ditinjau dari segi kesehatan, usaha peternakan menghasilkan limbah amonia dari feses ayam yang dapat mencemari lingkungan.

"Amonia adalah senyawa kimia berupa gas dengan bau tajam yang khas. Amonia merupakan hasil metabolisme dari ayam yang apabila dibiarkan dalam kandang dengan konsentrasi terlalu tinggi dapat mengakibatkan gangguan kesehatan baik pada ayam maupun masyarakat sekitar," jelas Khairul dalam siaran pers yang Republika.co.id terima, Ahad (5/6).

Khairul menambahkan hanya dengan adanya 2 ppm (parts per million/per seribu) amonia dalam kandang, dapat mengakibatkan gangguan pernafasan pada ayam yang berdampak pada menurunnya produktivitas ayam.

Khairul menjelaskan SALIFA dibuat dengan memanfaatkan beberapa komponen yang terdiri atas sensor, kipas exhaust dan mikro kontroler serta zeolit aktif untuk menyerap amonia. Alat dan bahan dirangkai sedemikian rupa dalam kandang sehingga pertukaran udara dalam kandang dapat maksimal dan dapat mencegah pencemaran udara.

Sensor yang dipasang pada SALIFA secara otomatis akan mendeteksi keberadaan amonia. Dari data yang terdeteksi sensor dan dikirim kemikrokontroler akan diketahui kadar amonia dalam kandang.

Jika kadar amonia menunjukkan angka lebih dari 2 ppm menurut standar SNI, maka kipas exhaust akan hidup secara otomatis dan udara dalam kandang akan tersedot keluar. Dibelakang kipas sudah terdapat kerikil zeolit aktif yang berfungsi menyerap ammonia.

“Jadi udara yang keluar dari dalam kandang sudah tidak bau dan tidak menyebabkan pencemaran udara,” jelas Khairul.

Jika amonia kemudian sudah terdeteksi, tambah Khairul,  dalam keadaan aman atau di bawah 2 ppm maka kipas exhaust akan mati secara otomatis tanpa perlu diawasi atau dimatikan manual, sehingga meningkatkan efisiensi energi yang digunakan.

Dengan SALIFA kadar amonia dalam kandang dapat dikurangi sehingga ternak ayam menjadi lebih sehat, nafsu makan meningkat serta tidak menyebabkan pencemaran lingkungan. SALIFA bahkan telah menjadi salah satu karya yang lolos didanai DIKTI pada tahun 2016 dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement