Senin 02 May 2016 14:00 WIB

Khan, Sang Kandidat Wali Kota London

Red:

Foto : independent.co.uk  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sadiq Khan (45 tahun) adalah seorang anggota parlemen Inggris dari Partai Buruh. Warga Muslim ini diperkirakan menjadi calon kuat untuk memenangkan pemilihan kursi wali kota London yang akan digelar Kamis (4/5).

Jajak pendapat menunjukkan Khan memimpin sebesar 20 persen suara lebih banyak daripada lawannya dari Partai Konservatif, Zac Goldsmith (41 tahun). Jika menang, putra seorang pengemudi bus ini akan memimpin salah satu pusat keuangan dunia, menggantikan Wali Kota Boris Johnson dari Partai Konservatif. Tak hanya itu, Khan akan menjadi Muslim pertama yang memimpin ibu kota sebuah negara besar di Barat.

 

Populasi London sebanyak 8,6 juta jiwa termasuk paling kosmopolitan di dunia. Tidaklah mudah untuk memasuki kampanye politik di Inggris.

Goldsmith, yang didukung Perdana Menteri Inggris David Cameron, selama beberapa pekan memusatkan perhatian pada keyakinan Khan serta sejarah Khan di masa lalu saat ia tampil bersama pembicara Muslim radikal. Goldsmith menyebut Khan memberi "platform, oksigen, dan tameng" kepada ekstremisme.

Sebagai mantan pengacara hak asasi manusia (HAM), Khan mengatakan, ia justru memerangi ekstremisme sepanjang hidupnya. Ia pun mengaku menyesal karena pernah sepanggung bersama para pembicara yang berpandangan "keras."

Giliran Khan yang menuding Goldsmith, putra miliuner yang berpendidikan kelas elite, menggunakan taktik ala Donald Trump untuk memecah belah warga London berdasarkan keyakinan mereka. Warga London juga disebut Khan dibiarkan merasa tak tersentuh oleh kaum elite.

"Ada kemungkinan orang-orang yang secara tidak sadar memilih (Khan) karena alasan bias rasialisme ... yaitu orang yang sekadar tidak ingin disebut 'saya tak ingin memilih Sadiq Khan', tetapi mereka akan merasa gamang saat berada di kotak suara," ujar Anthony Wells, Direktur YouGov, sebuah lembaga polling bidang politik dan sosial.

 

Namun, menurut Wells, dampaknya juga tidak akan cukup besar untuk membuat Goldsmith menang. "Satu-satunya dampak terhadap kampanye Golsmith mungkin hanya menegaskan semua isu lama yang diangkat Partai Konservatif dalam menghadapi pemilih dari etnis minoritas."

Pekan lalu, partai Khan dituding gagal menolak sikap antisemit setelah seorang anggota parlemen mengatakan di akun Facebook-nya bahwa Israel harus pindah ke Amerika Serikat. Khan menjaga jarak dari mantan wali kota London, Ken Livingstone, yang diskors dari Partai Buruh karena mendukung sikap sang anggota parlemen tersebut. Khan bahkan mengecam sang anggota parlemen.

Soal keanggotaan Inggris di Uni Eropa, kedua calon memiliki pandangan berbeda. Goldsmith memilih Inggris keluar dari UE dan Khan ingin bertahan di UE.

Apa pun pandangan kedua calon, ternyata satu pertiga warga London tidak mengenal Goldsmith ataupun Khan. "Warga bahkan tidak memiliki banyak pengetahuan akan kebijakan kedua calon," kata Laurence Stellings, direktur lembaga polling Populus.  reuters Oleh Yeyen Rostiyani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement