Ahad 24 Apr 2016 13:06 WIB

Yahya Schroder Hikmah di Balik Kecelakaan Nahas

Red: operator

NEXT OASE 

Yahya Schroder memutuskan memeluk Islam saat usianya masih remaja, 17 tahun. Yahya Schoder berasal dari keluarga yang berkecukupan. Ketika menjadi Muslim, ia harus meninggalkan keluarganya dan pindah ke Potsdam, dekat Berlin.

"Ketika saya tinggal dengan ibu dan ayah tiri, saya memiliki segalanya: sebuah rumah besar, uang, TV, dan Play Station. Tapi, saya tidak senang. Aku sedang mencari sesuatu yang lain," ujar Schroder.

Perkenalannya dengan Islam bermula ketika ia bertemu dengan komunitas Muslim di Potsdam melalui ayah kandungnya yang telah lebih dahulu menjadi Muslim pada 2001. 

Schroder mengunjungi ayahnya sekali sebulan. Saat mengunjungi ayahnya, ia ikut menghadiri pertemuan komunitas Muslim yang diadakan pada Ahad. Momentum itu membuatnya mulai tertarik dengan Islam.

Sang ayah yang mulai menyadari ketertarikan putranya pada Islam mengatakan bahwa ia tidak akan berbicara tentang Islam kepada putranya. 

Ayahnya menginginkan agar Schroder mempelajari Islam dari orang-orang yang memiliki pengetahuan lebih besar dari dirinya.

Ayahnya tidak ingin Schroder berstatus Muslim hanya karena dirinya. Tetapi, haruslah karena pengenalan dan pemahaman yang ia rasakan sendiri. 

Sejak itulah, Schroder mulai mengunjungi komunitas Musim setiap bulan dan belajar banyak tentang Islam. Hingga suatu hari ia mengalami kecelakaan yang cukup fatal saat mengikuti kegiatan tersebut.

Namun nahas, sewaktu Schroder mengikuti kegiatan renang bersama komunitas Muslim, saat akan melompat kekolam renang, ia mendarat dengan kepala di bawah. Kejadian ini membuat ia mengalami luka serius sehingga harus dilarikan ke rumah sakit.

Sang dokter mengatakan, luka yang dialami Schroder cukup serius sehingga jika ia melakukan gerakan-gerakan yang salah maka akan menyebabkan kecacatan.

Dari sinilah kisah perjalanan spiritual Yahya Schroder dimulai.

Kecelakaan yang mengubah caranya berpikir dan menjalani hidup.

Simak kisah lengkapnya dalam Oase pekan depan. Oleh Marniati, ed: Nashih Nashrullah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement