Jumat 22 Apr 2016 20:19 WIB

Hari Bumi, 'Isu Lingkungan Semestinya Jadi Obrolan Sehari-hari'

Wakil Ketua Komite III DPD RI, Fahira Idris
Wakil Ketua Komite III DPD RI, Fahira Idris

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hari bumi yang diperingati setiap 22 April diharapkan menjadi momentum bagi masyarakat di seluruh dunia khususnya Indonesia untuk lebih menyayangi bumi. Wakil Ketua Komite III DPD Fahira Idris mengatakan salah satu yang bisa dilakukan adalah menjadikan isu lingkungan hidup menjadi persoalan yang hangat dibicarakan, sama seperti berbicara soal politik atau olah raga yang menjadi perbincangan sehari-hari.

“Harus diakui masih banyak kalangan yang beranggapan isu lingkungan hidup apalagi terkait perubahan iklim yang memang saat ini sudah menjadi ancaman nyata adalah isu yang ‘berat’ untuk dibicarakan atau dipahami. Isu lingkungan hidup belum semenarik isu soal politik, hukum, sosial budaya, ekonomi atau olah raga. Isu lingkungan hidup harus kita ‘bumikan’ sehingga menjadi obrolan sehari-hari, sama seperti mengobrol soal politik, agar kesadaran publik meningkat,” ujar dia, Kamis (22/4).

Menurut Fahira, diskusi, opini, wacana, apalagi edukasi soal lingkungan hidup idealnya harus lebih banyak didiskusikan baik di forum-forum publik maupun di media massa sehingga kesadaran publik bisa meningkat. Ini karena, soal menjaga bumi dan lingkungan hidup tidak kalah penting dengan bidang-bidang kehidupan yang lain.

“Ancaman perubahan iklim di dunia dan di Indonesia tidak hanya sudah di depan mata, tetapi sudah kita rasakan. Sebagian besar bencana yang terjadi di Indonesia akibat pengelolaan alam yang semena-mena terutama praktek penggundulan hutan. Kita masih ingat, begitu dahsyatnya bencana asap yang tahun lalu kita rasakan,” kata Senator Jakarta ini.

Selain publik, para pemegang kebijakan negeri ini juga belum sepenuhnya berwawasan lingkungan, sehingga banyak program pembangunan yang tidak sensitif terhadap kelestarian lingkungan hidup. Padahal, Indonesia adalah negara di dunia yang sangat rentan terkena dampak dari perubahan iklim.

“Kita ini kan negara kepulauan. Jika wilayah kepuluan kita terendam akibat permukaan air laut naik satu meter saja, keselamatan 60-70 juta manusia di Indonesia bisa terancam jika tidak segera dievakuasi. Harusnya ancaman nyata ini membangkitkan kesadaran kita untuk ikut memikirkan bagaimana menyelamatkan bumi terutama menahan laju perubahan iklim dengan melakukan tindakan-tindakan nyata,” ujar Fahira.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement